"Kalau kita perhatikan, inflasi Amerika yang kian memanas, akan mendorong The Fed bertindak untuk lebih cepat, aggressive dan tentu saja dengan nilai lebih besar," ujar Direktur Asosiasi Riset dan Investasi PT Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus kepada Medcom.id, Selasa, 14 Juni 2022.
Oleh karena itu, pergerakan bursa saham juga akan bergantung pada data inflasi nantinya. Apakah bisa dikendalikan atau tidak.
"Kalau tidak bisa dikendalikan, semakin tinggi tingkat suku bunga, tentu kemungkinan besar resesi akan semakin lebih besar," ucapnya.
"Hal ini yang membuat pelaku pasar dan investor jadi harap harap cemas terkait hal tersebut," imbuhnya.
Tak hanya itu, lanjut dia ketidakpastian geopolitik global juga memberikan sentimen terhadap pergerakan IHSG. Perang Rusia dan Ukraina yang tak kunjung selesai memberi dampak pada harga komoditas, energi, dan pangan yang mengalami kenaikan.
Meski begitu, Nico menambahkan Pilarmas Investindo Sekuritas memprediksi gerak IHSG masih dapat menyentuh level di atas 7.000 hingga tutup tahun.
"Kami masih tetap sama pendirian kami di 7.380," ucapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News