Berjudul 'Mapping a secure path for the future of digital payments in APAC', penelitian tersebut menemukan bahwa satu dari lima (21 persen) pengguna layanan pembayaran digital di Asia Tenggara masih mengalami kecemasan saat melakukan transaksi daring.
Mengutip keterangan tertulis Kaspersky, Rabu, 4 Mei 2022, di antara usia-usia lain, kekhawatiran tertinggi terjadi pada kelompok tertua, Generasi bisu (Silent Generation) (30 persen). Menariknya, kelompok 'senior' ini diikuti oleh generasi termuda sebesar 27 persen.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Hampir satu dari lima (17 persen) pengguna di Asia Tenggara mengakui mereka lebih suka membayar dengan uang tunai, generasi tertua mencatat persentase tertinggi (20 persen) di antara semua kelompok umur.
Beradaptasi dengan teknologi baru ini juga dapat menghadirkan tantangan tersendiri bagi Generasi Bisu dengan 20 persen dari mereka mengalami kesulitan dalam melakukan transaksi keuangan daring. Isi baiknya adalah, hampir seperempat (24 persen) dari semua responden dari Asia Tenggara menunjukkan mereka sepenuhnya mempercayai pembayaran digital.
Managing Director untuk Asia Pasifik di Kaspersky Sandra Lee mengatakan orang dewasa yang lebih tua bukan berasal dari era internet. Kekhawatiran mereka dapat dimengerti dan harus dilihat sebagai tindakan pencegahan untuk melakukan kesalahan yang dapat merugikan dalam teknologi yang masih mereka pelajari untuk digunakan.
Namun, tambahnya, perlu dicatat bahwa sebagian besar dari mereka (26 persen) mempercayai platform pembayaran digital. Seiring mereka menyambut untuk mengadopsi perubahan, pihaknya mendorong generasi muda untuk melangkah maju dan membantu orang yang lebih tua yang dicintai dalam merangkul teknologi.
"Kesadaran masyarakat dan pemerintah serta upaya edukasi juga merupakan indikator penting," pungkasnya.