IHSG. Foto : MI/Usman.
IHSG. Foto : MI/Usman.

Deretan Sektor Unggulan untuk Investor Saham di 2025

Arif Wicaksono • 21 Desember 2024 08:58
Jakarta: Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih akan bergairah pada 2025. Berbagai kebijakan yang dilakukan Pemerintahan Prabowo masih membuat pasar modal menjadi investasi yang menarik.
 
Baca juga: IHSG Ditutup Menguat 0,09% Akhiri Perdagangan Pekan Ini

Direktur Investasi KISI Asset Management Arfan F. Karniody mengatakan beberapa sektor yang memberikan peluang besar pada tahun ini. Dia menuturkan sektor konsumer paling menarik ketimbang sektor lain seperti perbankan atau komoditas energi.
 
"Saat ekonominya bagus dia juga ikut bagus. Kalau ekonominya kurang bagus dia masih tumbuh cuman melambat nah sektor yang bisa outperform tahun depan hanya konsumer," tegas dia dikutip Sabtu, 21 Desember 2024.
 
Dia mengatakan walaupun ada Value Added Tax (VAT) yang kena hanya barang tertentu saja dan sifatnya tak menyeluruh.

"Contoh yang saya ingat rumah sakit tertentu atau rumah sakit yang lebih mewah," tegas dia.
 
Dia mengatakan kebijakan pemerintah yang menyasar kalangan menengah atas sudah cukup benar karena masalah indonesia lebih akan meningkatkan daya beli untuk kalangan middle low.
 
"Kita juga ngasih insentif tarik listrik PLN ya ada bantuan intinya kan menyasar ke lebih tinggi sampai ke middle. Jadi sekarang maksudnya cari yang paling utama adalah consumer atau retail karena mustinya mustinya dia lebih resilient terhadap goncangan ekonomi," tegas dia.
 
Dia mengatakan sektor ini yang akan menjadi pertandak bahwa prospek positif pasar modal di tengah ketidakpastian global.
 
Konsumsi domestik akan tumbuh ditopang pertumbuhan ekonomi indonesia yang menurut prediksi IMF akan tumbuh sebesar 5,1 persen pada 2025.
 
Kondisi ini lebih baik dari negara berkembang lain seperti India yang turun ke 6, 5 persen dari 7 persen. Kemudian Malaysia yang naik 4,4 persen dari 4,8 persen. Serta Thailand yang hanya mencapai 3 persen.
 
Sementara itu, lembaga riset seperti OECD dan IMF memaparkan ekonomi global akan stagnan pada 3,2 persen pada 2025. Bank Dunia memprediksi ekonomi dunia akan naik sebesar 2,7 persen.
 
Keyakinan konsumen Indonesia meningkat menjadi 125,9 pada November 2024, dibandingkan dengan 121,1 pada bulan sebelumnya, menandai level terkuatnya sejak April.
 
Peningkatan tersebut dikaitkan dengan kelancaran serah terima kepemimpinan kepada pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.
 
Cadangan devisa Indonesia menurun menjadi USD 150,2 miliar pada November 2024, sedikit lebih rendah dari rekor tertinggi pada Oktober sebesar USD 151,2 miliar, karena pemerintah menyelesaikan kewajiban utang luar negeri.
 
Dia menyoroti laju PMI masih melandai meskipun terjadi sedikit peningkatan pada September dan Oktober, menjadi 49,2. Hal ini masih menandai kontraksi selama 4 bulan terakhir dan kontraksi terus berlanjut hingga bulan November.
 
Ini berarti terjadi penurunan aktivitas dari sisi penawaran seperti penurunan aktivitas pabrik yang terutama didorong oleh penurunan output dan pesanan baru.
 
"Dengan kondisi inflasi yang rendah, pertumbuhan ekonomi yang perlu terus didorong, kami melihat ruang bagi BI untuk memangkas suku bunga acuannya lebih lanjut. Pada akhir tahun 2025, kami memperkirakan bahwa Suku Bunga BI akan berada di angka 5 persen," tegas dia.

Tantangan sektor perbankan dan komoditas

Di dalam negeri, tantangan likuiditas tetap menjadi faktor utama. Persaingan untuk pertumbuhan pinjaman menghambat imbal hasil pinjaman.
 
Hal ini semakin diperburuk oleh lingkungan suku bunga yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama, yang menyebabkan biaya dana tetap tinggi. Hal ini secara efektif menekan margin bunga bersih.
 
"Akibatnya, kami tetap netral terhadap sektor perbankan," tegas dia.
 
Dia mengatakan sektor energi seperti minyak akan berfluktuasi pada level saat ini.
 
"Hal ini karena permintaan minyak akan didukung oleh puncak pertumbuhan produksi minyak serpih AS dan kendala EV," tegas dia.
 
Dia juga menjelaskan sektor batu bara belum akan outperform karena harga batu bara yang relatif datar pada tahun depan.
 
"Harga akan tetap datar ke depannya; sementara permintaan domestik tetap kuat, negara-negara lain mengurangi ketergantungan mereka pada batu bara," tegas dia.
 
Selain itu harga Nikel akan stagnan karena kelebihan pasokan di Indonesia telah mengakibatkan penurunan harga nikel yang sangat besar.
 
"Proliferasi Lithium Ferro Phosphate (LFP) mengurangi permintaan untuk Nikel Mangan Cobalt (NMC), sebuah tren yang kami pikir akan terus berlanjut ke depannya," tegas dia.
 
KISI memperkirakan ada tiga skenario di IHSG dengan Bull, Bear dan Bearish. Dalam kondisi bull IHSG bisa mencapai 8455. Sedangkan dalam kondisi base atau standar IHSG bisa berada pada posisi 8000. Dlaam kondisi terburuk atau bear IHSG bisa berada pada level 7536.
 
Dengan fundamental ekonomi yang solid dan kebijakan yang proaktif, Indonesia diharapkan mampu menarik aliran modal jangka panjang dan memanfaatkan peluang yang ada di pasar domestik.
 
Sementara itu, Direktur Utama KISI Asset Management, Mustofa, menegaskan bahwa meskipun kondisi global masih penuh tantangan, Indonesia terus menunjukkan ketahanan ekonomi yang luar biasa.
 
“Tantangan global seperti kenaikan suku bunga di Amerika Serikat, tekanan inflasi, dan ketegangan geopolitik menjadi perhatian utama,” ujar Mustofa.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SAW)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan