Lonjakan ini didorong oleh kabar positif dari panggung geopolitik: Amerika Serikat dan Tiongkok menyepakati penurunan tarif secara signifikan selama 90 hari ke depan.
Tarif impor AS dipangkas dari 145 persen menjadi 30 persen, sementara Tiongkok menurunkan bea masuk dari 125 persen ke 10 persen. Sentimen positif langsung menyebar ke pasar, termasuk ke kripto.
Altcoin ikut party
Tak hanya Bitcoin, Ethereum (ETH) juga ikut mencatatkan lonjakan signifikan. Pasca Upgrade Pectra, ETH naik 35,86 persen dalam sepekan terakhir dan sempat menyentuh level USD2.600 sebelum terkoreksi ke USD2.465 pada pagi hari ini (Selasa, 13 Mei 2025).Waspada profit taking di tengah tren Bullish
Meski harga melonjak, investor disarankan tetap berhati-hati. Financial Expert Ajaib, Panji Yudha, menekankan pentingnya memperhatikan sinyal teknikal."Ketegangan global yang mereda telah memberi ruang bagi aset kripto untuk reli dalam beberapa hari terakhir. Meski demikian, investor perlu tetap waspada aksi profit taking jangka pendek. Dari analisa teknikal, momentum bullish berpotensi berlanjut apabila BTC mampu bertahan di atas MA-20 (USD97.645) dan support psikologis USD100.000," katanya dalam keterangan tertulis, Selasa, 13 April 2025.
Baca juga: The Fed Tahan Suku Bunga, Bitcoin Melejit! Siap-Siap Tembus USD 100 Ribu? |
ETF Bitcoin masih diminati
Di tengah reli harga, minat investor institusional terhadap ETF spot Bitcoin sedikit melemah. Inflow dana ke ETF Bitcoin AS mencapai USD599 juta pada pekan lalu (5–9 Mei), menurun dari USD1,81 miliar di pekan sebelumnya. Namun ini tetap menandakan permintaan yang cukup stabil."Pelemahan inflow saat ini berpotensi menjadi fase konsolidasi sebelum masuknya gelombang akumulasi berikutnya dari pelaku institusi," ujarnya.
Data inflasi AS jadi penentu arah kripto selanjutnya
Fokus pasar kini tertuju pada rilis data inflasi AS, khususnya Indeks Harga Konsumen (CPI) untuk April yang akan dirilis 13 Mei. Proyeksi menunjukkan inflasi tahunan turun ke 2,3 persen dari sebelumnya 2,4 persenJika data sesuai ekspektasi, ini bisa membuka peluang pelonggaran suku bunga oleh The Fed. Namun sebaliknya, jika CPI naik, hal ini bisa memicu penguatan dolar dan menekan aset berisiko, termasuk kripto.
"Penurunan inflasi berpotensi menjadi katalis bagi Bitcoin untuk melanjutkan tren naik, terutama jika tidak ada gangguan baru dari sisi geopolitik atau kebijakan dagang," jelasnya.
Meski The Fed belum memberikan sinyal pemotongan suku bunga, kondisi likuiditas pasar saat ini tetap mendukung. Departemen Keuangan AS masih menyuntikkan dolar ke sistem, sementara cadangan Bitcoin di bursa menyentuh level terendah dalam tujuh tahun terakhir.
"Jumlah pasokan BTC kian terbatas didukung mekanisme halving, di tengah likuiditas yang tinggi berpotensi mendukung kelanjutan tren naik Bitcoin dalam beberapa pekan ke depan. Selain itu, potensi pemotongan suku bunga akan menjadi katalis yang dapat mendorong BTC mencetak harga tertinggi baru melampaui USD109.000," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News