Ilustrasi. FOTO: MI/Galih Pradipa
Ilustrasi. FOTO: MI/Galih Pradipa

Analis: Fundamental Jangka Panjang PGAS Bakal Lebih Stabil

Husen Miftahudin • 20 November 2020 09:39
Jakarta: Analis pasar modal Fendi Susiyanto menilai kebijakan penerapan harga gas industri tertentu oleh pemerintah akan memengaruhi fundamental bisnis PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGN). Ada tiga value yang menurutnya menjadi pendorong utama emiten pelat merah berkode saham PGAS tersebut.
 
Dorongan itu yakni efisiensi, peningkatan volume, dan perubahan bisnis model yang lebih efektif. Dampak dari harga gas yang teregulasi itu membuat potensi pertumbuhan revenue dan Earning Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization (EBITDA) perseroan akan berbeda ketimbang sebelumnya.
 
"Intinya tidak tepat jika melihat proyeksi PGAS hanya dari satu sisi, yaitu harga yang teregulasi turun. Tapi harus dilihat juga dari potensi meningkatnya volume penjualan dan efisiensi yang gencar dilakukan," ujar Fendi, dalam keterangan resminya, Jumat, 20 November 2020.

Fendi yang juga sebagai pendiri Finvesol Consulting ini menjelaskan sebagai perusahaan yang menguasai lebih dari 80 persen jaringan gas bumi di Indonesia, kinerja PGN akan menjadi semakin stabil. Apalagi dengan harga gas yang lebih efisien dan ramah lingkungan ketimbang bahan bakar lain maka PGN memiliki ruang yang besar untuk meningkatkan volume gasnya.
 
"Fundamental bisnis PGN akan tetap solid dalam jangka panjang. Penguasaan infrastruktur gas bumi dan tren peningkatan kebutuhan industri terhadap energi yang efisien akan menguntungkan PGN," paparnya.
 
Selain pipa minyak Rokan yang diproyeksikan beroperasi Januari 2022, PGN juga tengah menyelesaikan proyek pipa gas dari Gresik ke Semarang. Pipa ini akan menyalurkan gas bumi di antaranya dari Lapangan Jambaran Tiung Biru di Bojonegoro untuk kebutuhan Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) Tambak Lorok, Semarang.
 
Keberadaan pipa Gresik-Semarang ini dinilai dapat dioptimalkan untuk memasok kebutuhan gas di sejumlah kawasan industri baru di wilayah di Jawa Tengah. Tiga perusahaan BUMN, PT Kawasan Industri Wijayakusuma (KIW), PT Pembangunan Perumahan (PTPP), dan PT Perkebunan Negara (PTPN) IX, membentuk konsorsium untuk mengelola Kawasan Industri Terpadu Batang.
 
Sementara PT Jababeka Tbk dan Sembcorp Development Ltd (Singapura) lebih dulu mengembangkan Kendal Industrial Parks yang diresmikan Presiden Joko Widodo dan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong pada 14 November 2016.
 
Dia bilang, secara teknikal saham PGN masih berpotensi untuk menguat hingga level Rp1.550 dalam jangka pendek (satu sampai tiga pekan ke depan). Bahkan secara teknikal jangka menengah berpeluang mencapai resistance level Rp1.650. Namun bagi investor yang menginginkan hasil investasi yang optimal, saham PGN lebih tepat untuk pilihan jangka panjang.
 
Dengan stabilitas bisnis yang semakin terjaga dan posisi PGN sebagai bagian dari BUMN, selalu ada potensi dividen tahunan. Maka profil investasi saham PGAS memberikan efek risiko moderat dengan potensi dividen yield dan capital gain yang relatif tinggi.
 
"Sebagai penguasa bisnis gas bumi, PGN adalah pilihan investasi jangka panjang yang menarik. Apalagi sebagai BUMN (Badan Usaha Milik Negara), PGN juga ditarget untuk membayar dividen setiap tahun," imbuhnya.
 
Dalam risetnya pada 14 Oktober 2020, UOB Kay Hian menargetkan harga saham PGAS hingga level Rp1.530 per saham. Sementara riset Kresna Sekuritas dalam risetnya pada 12 Oktober 2020 merekomendasikan investor untuk membeli saham PGAS dengan target harga Rp1.570 per saham.
 
Adapun sejak awal pekan ini harga saham PGAS terus menguat setelah di akhir pekan lalu berada di level Rp1.180 per saham. Saham PGAS melesat 15,6 persen ke posisi Rp1.365 per saham.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(ABD)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan