Presiden Komisaris GRP Tony Taniwan mengatakan peluncuran logo tak lepas dari transformasi perusahaan. Karena menurutnya, inovasi dan perubahan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan gairah bisnis bagi industri baja di Indonesia.
"Ini adalah bentuk optimisme. Perubahan tersebut diharapkan dapat mendorong perseroan untuk terus maju. Warna merah putih pada logo adalah refleksi keinginan kami untuk mewakili Indonesia di pasar dunia dan terus berkontribusi dalam membangun negeri," ungkap Tony, dalam keterangan resminya, Selasa, 20 Oktober 2020.
Perseroan, lanjut Tony, memang gencar melakukan transformasi. Tidak hanya logo, namun juga transisi dari manajemen keluarga menjadi manajemen yang lebih profesional serta penguatan prinsip good governance. Melalui berbagai perubahan, volume produksi terus mengalami peningkatan setiap tahun.
Sementara menurut Presiden Direktur GRP Abednedju Giovano Warani Sangkaeng mengatakan peluncuran logo yang bertepatan dengan ulang tahun ke-50 ini karena kiprah PT GRP Tbk memang tak lepas dari sejarah perusahaan.
"Inilah bagian sejarah. Setelah para founders membangun dan membesarkan GRP, kini saatnya mempercayakan pada generasi berikut. Generasi saat ini, sudah ditempa pengalaman karena memang terlibat sejak dini," ujar Sangkaeng.
Sejarah perusahaan sendiri, lanjut Sangkaeng, bermula dari tekad Djamaluddin Tanoto, Kamaruddin, dan Margareth Leroy untuk membangun pengolahan pabrik pipa besi dan baja di Kota Medan, Sumatra Utara, dengan nama PT Gunung Gahapi.
Para founders, lanjutnya, juga berekspansi ke Pulau Jawa dengan mendirikan pabrik PT Gunung Garuda di Cikarang Barat. Pada 1971, PT Gunung Garuda mulai diperhitungkan, karena ikut berpartisipasi dalam pembentukan IISIA (The Indonesian Iron and Steel Industry Association) dan SEAISI (The South East Asian Iron and Steel Institute).
Barulah pada 1990 lahir PT Gunung Naga Mas, yang memproduksi lembaran baja yang terdiri dari pelat dan gulungan baja. Dan pada 1991, berganti nama menjadi PT Gunung Raja Paksi. "Dengan keunggulan fasilitas normalizing dan ultrasonic test, produk GRP semakin diakui dunia. Pada September 2019, korporasi melakukan langkah penting yakni dengan membuka Initial Public Offering (IPO) kepada masyarakat luas," kata dia.
Saat ini, lanjut Sangkaeng, GRP memiliki pabrik dan fasilitas pendukung lebih dari 200 hektare (ha) di Cikarang, Bekasi. Perusahaan yang mempekerjakan 5.000 lebih karyawan ini mempunyai kapasitas produksi sebesar 2,8 juta ton baja per tahun, atau sekitar 12 persen dari kapasitas produksi baja nasional.
"Selain untuk memenuhi pasar domestik, produksi baja GRP sekarang diekspor ke sejumlah Negara, seperti Filipina, Malaysia, Kanada, dan negara lain," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News