"Penguatan rupiah pada Oktober 2020 didorong kembali masuknya aliran modal asing ke pasar keuangan domestik," ujar Perry dalam Pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur Bulanan Bank Indonesia Periode Oktober 2020 secara virtual di Jakarta, Selasa, 13 Oktober 2020.
Menurut Perry, banjirnya dana-dana asing di pasar keuangan dalam negeri dipengaruhi meningkatnya likuiditas global. Selain itu, dipengaruhi pula oleh tetap terjaganya keyakinan investor terhadap prospek perekonomian domestik.
Adapun pada awal Oktober 2020 aliran masuk modal asing secara berangsur membaik dibandingkan periode Juli-Agustus 2020. Berdasarkan catatan bank sentral hingga 9 Oktober 2020, terdapat net inflows sebesar USD0,33 miliar.
Pada September 2020 rupiah tercatat melemah sebesar 2,13 persen secara point to point. Ini karena pada periode Juli-Agustus 2020 terdapat aliran keluar investasi portofolio asing (net outflows) sebesar USD1,24 miliar.
"Kondisi ini dipengaruhi oleh tingginya ketidakpastian pasar keuangan, baik karena faktor global maupun faktor domestik," paparnya.
Meskipun aliran masuk modal asing secara berangsur membaik pada awal Oktober 2020 dan membuat mata uang Garuda perkasa, namun sampai dengan 12 Oktober 2020 rupiah tercatat depresiasi sebesar 5,56 persen dibandingkan dengan level akhir 2019.
Perry memandang penguatan nilai tukar rupiah berpotensi berlanjut seiring levelnya yang secara fundamental masih undervalued. Hal ini didukung defisit transaksi berjalan yang rendah, inflasi yang rendah dan terkendali, daya tarik aset keuangan domestik yang tinggi, dan premi risiko Indonesia yang menurun, serta likuiditas global yang besar.
"Bank Indonesia terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai dengan fundamentalnya dan bekerjanya mekanisme pasar, melalui efektivitas operasi moneter dan ketersediaan likuiditas di pasar," pungkas Perry.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News