"Memang ada pemikiran, yang saya dengar untuk melihat referensi valuasi. Kenapa? Karena investor di Indonesia kan kita belum ada perusahaan teknologi besar yang masuk, jadi bagaimana mengevaluasi," kata Pandu dalam diskusi virtual, Selasa, 23 Februari 2021.
Pandu berujar, beberapa opsi telah dilontarkan untuk dapat menghitung valuasi suatu perusahaan teknologi. Salah satunya dengan membandingkan dengan perusahaan sejenis di Tiongkok maupun di Amerika Serikat oleh analis dan menggunakan counter cashflow. Namun keduanya belum bisa diterima oleh perusahaan teknologi yang berniat mencatatkan sahamnya di bursa.
"Nah ini pemikiran untuk melakukan dual listing itu oleh perusahaan-perusahaan mungkin didasari karena belum begitu banyak investor yang biasa menilai perusahaan tekno di sisi public market," ujarnya.
Kendati demikian, Pandu tetap meyakinkan pasar RI tentu siap menyambut perusahaan teknologi yang berencana IPO tersebut karena mekanisme dan jumlah investornya sudah ada.
"Apa marketnya di sini siap? Tentu siap karena mekanismenya sudah siap. Hanya bagaimana bisa mendapat valuasi yang pas dari demand dan supply," tukasnya.
Dua perusahaan yang berencana melakukan initial public offering (IPO) di dua bursa saham berbeda adalah Traveloka dan Tokopedia. Keduanya berencana melakukan IPO di bursa Amerika Serikat dan Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News