"Suku bunga rendah 3,5 persen akan dipertahankan sampai ada tanda-tanda akan terjadi kenaikan inflasi," ujar Perry dalam acara Bank Indonesia Bersama Masyarakat (Birama) yang disiarkan secara virtual, Kamis, 2 Desember 2021.
Menurut Perry, keputusan mempertahankan suku bunga acuan rendah diperlukan demi menjaga stabilitas nilai tukar dan sistem keuangan, di tengah perkiraan inflasi yang rendah. Kebijakan tersebut juga sejalan dengan langkah bank sentral untuk mendukung pemerintah dalam upaya pemulihan dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
"Arah kebijakan Bank Indonesia, bagaimana kami terus mendorong pemulihan ekonomi bersama pemerintah, KSSK (Komite Stabilitas Sistem Keuangan), dan para pemangku kepentingan terkait dan juga bersama menjaga stabilitas kita," tegasnya.
Dalam arah bauran kebijakan bank sentral di tahun depan, Bank Indonesia akan terus menyikapi ketidakpastian global demi menjaga stabilitas ekonomi dan keuangan nasional. Oleh karena itu, kebijakan moneter BI ke depan akan lebih mendukung stabilitas dengan tetap mengutamakan kepentingan bersama dalam memulihkan ekonomi.
Selain suku bunga rendah, Bank Indonesia juga terus mengoptimalkan seluruh bauran kebijakan seperti menjaga stabilitas nilai tukar hingga memastikan likuiditas di perbankan yang secara bertahap akan dikurangi secara hati-hati.
"Kebijakan moneter adalah pro stability (mendukung stabilitas), tapi kebijakan-kebijakan BI yang lainnya adalah tetap pada pro growth (mendukung pertumbuhan). Itu yang ingin kami tegaskan," tutur Perry.
Adapun dalam Rapat Dewan Gubernur pada periode November 2021, BI memutuskan untuk kembali mempertahankan suku bunga acuan BI 7 Days Reverse Repo Rate di level 3,50 persen. Keputusan itu dilakukan berdasarkan asesmen menyeluruh terhadap indikator-indikator perkembangan ekonomi global maupun domestik, termasuk moneter, sistem keuangan, dan sistem pembayaran.
Dengan keputusan tersebut, maka bank sentral telah menahan suku bunga kebijakan rendahnya sebanyak delapan kali berturut-turut sejak Maret 2021. Suku bunga acuan 3,50 persen terjadi sejak Februari 2021, dari level 3,75 persen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News