Ilustrasi. Foto: MI/Adam Dwi
Ilustrasi. Foto: MI/Adam Dwi

Jumat Pagi, Rupiah Paksa Dolar AS Bertekuk Lutut

Husen Miftahudin • 13 September 2024 10:06
Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah pada pembukaan perdagangan menjelang akhir pekan ini mengalami penguatan.
 
Mengutip data Bloomberg, Jumat, 13 September 2024, rupiah hingga pukul 9.36 WIB berada di level Rp15.402 per USD. Mata uang Garuda tersebut naik sebanyak 37 poin atau setara 0,24 persen dari Rp15.439 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
 
Sementara menukil data Yahoo Finance, rupiah pada waktu yang sama berada di level Rp15.399 per USD, menguat sebanyak 26 poin atau setara 0,16 persen dari Rp15.425 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi memprediksi rupiah pada hari ini akan bergerak secara fluktuatif, meski demikian rupiah diprediksi akan menguat.
 
"Untuk perdagangan hari ini, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp15.340 per USD hingga Rp15.450 per USD," ujar Ibrahim dalam analisis hariannya.
 
Baca juga: Rupiah Tertekan Tingginya Inflasi AS
 

Menanti kebijakan ekonomi Prabowo-Gibran


Satu bulan lagi Prabowo-Gibran akan segera dilantik untuk menjadi Presiden dan Wakil Presiden. Periode pemerintahan Prabowo-Gibran akan mendapat tantangan yang berat di tengah situasi geopolitik yang terus memanas, terutama di kawasan Timur Tengah dan Eropa yang tidak menunjukkan tanda-tanda reda hingga menjelang pelantikan.
 
"Pemerintah harus memiliki terobosan dalam membuat kebijakan ekonom yang cermat dan terukur serta mampu merespons setiap dinamika global ini dengan kebijakan yang cerdas dan efektif, demi menjaga kepentingan nasional," ucap Ibrahim memperingatkan.
 
Menurut dia, tensi geopolitik berimbas pada lonjakan harga minyak dunia, yang memperburuk tekanan inflasi global. Bank sentral negara-negara maju pun enggan menurunkan suku bunga, menambah ketidakpastian ekonomi global yang berpengaruh pada negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
 
Kemudian, Tiongkok sebagai salah satu mitra dagang terbesar Indonesia mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi. Hal ini mempengaruhi ekspor Indonesia lantaran dapat menekan sektor perdagangan luar negeri yang selama ini menjadi salah satu motor penggerak ekonomi nasional.
 
Hal tersebut harus dilakukan pemerintahan baru demi terciptanya sistem ekonomi Pancasila dan Indonesia 2045 yang menjadi salah satu visi-misi utama saat berkampanye beberapa waktu lalu.
 
"Demi terwujudnya ekonomi Pancasila dan Indonesia Emas 2045, maka targetnya adalah pertumbuhan ekonomi yang stabil di atas enam persen per tahun, dengan fokus pada pengembangan infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan," terang Ibrahim.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(HUS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan