Mengutip data Bloomberg, Rabu, 5 Juni 2024, rupiah hingga pukul 09.22 WIB berada di level Rp16.267 per USD. Mata uang Garuda tersebut turun 47 poin atau setara 0,29 persen dari Rp16.220 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Sementara menukil data Yahoo Finance, rupiah pada waktu yang sama berada di level Rp16.259 per USD, turun sebanyak 45 poin atau setara 0,27 persen dari Rp16.214 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi memprediksi rupiah pada hari ini akan bergerak secara fluktuatif, meski demikian rupiah diprediksi menguat.
"Untuk perdagangan hari ini, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp16.180 per USD hingga Rp16.260 per USD," ujar Ibrahim dalam analisis hariannya.
Baca juga: Data Manufaktur AS Bawa Rupiah Menanjak 0,06% |
Ekonomi Indonesia tetap kuat
Ibrahim mengungkapkan, ekonomi Indonesia tetap sehat didukung oleh konsumsi dalam negeri yang kuat. Sebelumnya, produk domestik bruto (PDB) kuartal I-2024 Indonesia menunjukkan pertumbuhan berada di level 5,1 persen secara tahunan.
Angka tersebut tercapai berkah konsumsi domestik, meskipun investasi dan ekspor sedikit melemah. Bidang jasa layanan adalah titik cerah yang ditopang oleh pariwisata.
"Memasuki semester kedua 2024, pertumbuhan ekonomi bakal didukung oleh pertumbuhan angsuran yang kuat dengan adanya pengaruh penanaman modal asing dan pengeluaran infrastruktur. Ekonomi Indonesia diperkirakan mampu tumbuh 5,2 persen di 2024, lebih tinggi dari 5,0 persen pada 2023," terang Ibrahim.
Di sisi lain, Bank Indonesia (BI) mengejutkan banyak pihak dengan menaikan suku bunga acuan di April menjadi sebesar 6,25 persen untuk mengatasi pelemahan rupiah dan inflasi yang kembali sedikit mengalami kenaikan.
Saat ini juga muncul ketidakpastian Bank Indonesia akan kembali menaikan suku bunga, kalau rupiah terus melemah. Oleh karena itu, BI menunda waktu untuk pemangkasan suku bunga pertama untuk BI-Rate dan kemungkinan di kuartal keempat 2024 baru akan menurunkan suku bunga.
"BI sepertinya bakal tetap berhati-hati untuk memangkas bunga, dan memilih untuk menunggu langkah dari bank sentral Amerika Serikat (AS) alias The Fed. Sedangkan pemangkasan suku kembang di AS bakal terjadi di September 2024," jelas Ibrahim.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News