Mengutip data Bloomberg, Senin, 8 Januari 2024, rupiah hingga pukul 09.29 WIB berada di level Rp15.505 per USD. Mata uang Garuda tersebut naik 11 poin atau setara 0,07 persen dari Rp15.516 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Sementara menukil data Yahoo Finance, rupiah pada waktu yang sama berada di level Rp15.504 per USD, naik tipis lima poin atau setara 0,03 persen dari Rp15.509 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi memprediksi rupiah hari ini akan bergerak secara fluktuatif, meski demikian rupiah dinilai akan kembali melemah.
"Untuk perdagangan Senin depan, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp15.510 per USD hingga Rp15.560 per USD," ungkap Ibrahim.
Baca juga: Tekanan Ekonomi Global, Harga Minyak Dunia Merosot |
Optimisme kinerja neraca perdagangan
Ibrahim menjelaskan penyebab menguatnya rupiah di awal pekan ini, yakni karena pemerintah masih memegang teguh optimisme terhadap kinerja neraca perdagangan Indonesia yang diyakini masih akan mencatatkan surplus di 2024. Adapun hingga November 2023, neraca perdagangan RI tercatat surplus 43 kali berturut-turut dengan nilai USD33,63 miliar.
Diketahui, pemerintah juga menetapkan target neraca perdagangan Indonesia pada 2023 surplus sebesar USD38,3 miliar hingga USD38,5 miliar. Artinya, capaian yang sebesar USD33,63 miliar masih belum mencapai target yang ditentukan.
"Angka tersebut menurun USD16,91 miliar dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar USD50,54 miliar," terang dia.
Guna untuk terus mencapai dan mempertahankan surplus neraca perdagangan RI, pemerintah berupaya untuk menemukan pasar baru dan mengembangkan nilai tambah perdagangan. Agar neraca perdagangan tetap surplus, maka kerja keras seluruh stakeholder yang ada dan kata kuncinya adalah kolaborasi, menemukan pasar-pasar baru sebagai nilai tambah.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat surplus neraca perdagangan di November 2023 ditopang oleh surplus neraca komoditas non migas sebesar USD4,62 miliar. Disumbang oleh komoditas bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan/nabati, serta besi dan baja.
Sedangkan, neraca perdagangan untuk komoditas migas menunjukan defisit sebesar USD2,21 miliar, utamanya komoditas penyumbang defisit yaitu hasil minyak dan minyak mentah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News