Chief Digital & Transformation Officer Prudential Indonesia Premraj Thuraisingam mengatakan kerja sama yang dilakukan Prudential Indonesia dengan OVO merupakan komitmen untuk menghadirkan produk asuransi digital berbasis syariah yang tersedia di OVO. Upaya ini juga dalam rangka meningkatkan penetrasi keuangan di Indonesia.
Adapun produk asuransi digital berbasis syariah yang dihadirkan dalam kerja sama ini yakni PRUTect Care-Hospital Cash Plan. "Untuk membantu masyarakat Indonesia memenuhi kebutuhan keuangan mereka. Kami berdua berkomitmen untuk memberikan perlindungan kepada seluruh Indonesia," kata Premraj, dalam konferensi pers virtual, Rabu, 28 April 2021.
Chief Commercial Officer Financial Services OVO Rajiv Chandna berharap dengan adanya produk asuransi digital berbasis syariah ini bisa memperluas ekosistem dan memberikan solusi serta manfaat bagi para pengguna terkait kebutuhan finansial. Hal itu dikhususkan bagi mereka yang mengedepankan unsur dan nilai syariah dalam kehidupannya.
"Kami optimistis bahwa kerja sama strategis ini semakin mempercepat penetrasi asuransi di Indonesia dan memungkinkan masyarakat luas untuk menikmati akses keuangan yang sama," tuturnya.
Sementara itu, Certified Financial Planner Annisa Steviani menilai, masih banyak salah paham tentang asuransi di masyarakat Indonesia. Pertama, ia menjelaskan, sulit membicarakan mengenai risiko kehidupan kepada keluarga terutama pasangan hidup ketika bicara mengenai produk asuransi.
"Baru mau bicara asuransi sama suami maka langsung dibantah dengan mengatakan 'kamu mau aku sakit ya'. Jadi pembicaraan tentang hal itu masih tabu. Sulit dibicarakan," ucapnya.
Kedua, asuransi masih sering disebut sebagai barang mahal dan hanya untuk orang kaya. "Padahal mau orang kaya maupun di kelas menengah terutama teman-teman yang hanya suaminya yang bekerja atau seorang ibu rumah tangga maka penting sekali (memiliki asuransi) untuk pegangan di saat darurat," tuturnya.
Ketiga, rumit dan takut berurusan dengan oknum agen asuransi. "Jadi banyak sekali selama ini yang ternyata membeli produk asuransi tidak sesuai dengan kebutuhannya karena tidak enak menolak agen. Jadi kita mau belinya itu hanya proteksi kesehatan tapi karena ditawarkan maka jadi tergoda, dan setelah ditelaah lagi ternyata tidak perlu," ucapnya.
Keempat, masih ada anggapan bahwa asuransi itu sama dengan investasi." Padahal porsinya itu berbeda. Investasi biasanya bertujuan untuk sesuatu yang bisa direncanakan seperti pendidikan anak dan uang pensiun. Kalau asuransi itu untuk sesuatu yang tidak bisa direncanakan seperti sakit," jelasnya.
Berangkat dari hal itu, lanjutnya, seseorang perlu melakukan perencanaan keuangan dengan baik dan disesuaikan dengan kebutuhannya. "Ada tiga tips membeli asuransi. Pertama, sesuai kebutuhan. Kedua sesuai kemampuan. Ketiga, pilih asuransi yang terpercaya," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News