Ilustrasi Bank Indonesia. Foto: MI/Rommy Pujianto
Ilustrasi Bank Indonesia. Foto: MI/Rommy Pujianto

BI Diprediksi Masih Menahan Suku Bunga Acuan

M Ilham Ramadhan • 22 Agustus 2022 16:38
Jakarta: Bank Indonesia (BI) diperkirakan masih akan menahan suku bunga acuan di level 3,5 persen pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulan ini. Pasalnya, beberapa faktor yang umumnya mempengaruhi kebijakan suku bunga acuan saat ini cenderung stabil. 
 
Hal itu disampaikan Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah meski tingkat inflasi mengalami peningkatan beberapa bulan terakhir. 
 
"Inflasi memang sudah meningkat, tetapi penyebabnya bukan sepenuhnya faktor moneter. Sementara aliran modal asing sudah kembali masuk dan rupiah menguat. Jadi saya yakin BI akan lebih confident untuk tetap menahan suku bunga," kata Piter dilansir Media Indonesia, Senin, 22 Agustus 2022.
 
Baca juga: Waduh! Kapitalisasi Saham dan Obligasi RI di Bawah Negara Lain 
 
Piter menilai, wacana kebijakan penaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi oleh pemerintah bakal menjadi pertimbangan dalam RDG. Bila pengambil kebijakan telah menyampaikan informasi pasti terkait hal itu kepada bank sentral, maka diperkirakan suku bunga acuan bakal dinaikkan. 
 
Penaikan tingkat suku bunga acuan bakal dilakukan untuk mengantisipasi lonjakan inflasi akibat penyesuaian harga BBM bersubsidi. Namun, kata Piter, wacana itu belum sepenuhnya terkonfirmasi dengan jelas dari pengambil kebijakan.
 
"Kalau itu yang terjadi (harga BBM subsidi naik), BI saya perkirakan akan menaikkan suku bunga acuan dalam upaya mengantisipasi lonjakan inflasi akibat kenaikan BBM subsidi pertalite. Setidaknya BI akan menaikkan suku bunga 25 basis poin (bps)," jelas Piter. 
 
Pandangan yang sama juga dikemukakan oleh ekonom dari Bank Permata Josua Pardede. Dia menilai situasi dan kondisi perekonomian di Agustus ini amat mendukung bank sentral untuk kembali menahan tingkat suku bunga acuannya. 
 
Selain inflasi inti yang masih terkendali, imbuh dia, volatilitas nilai tukar rupiah sepanjang Agustus ini cenderung menurun bila dibandingkan bulan sebelumnya. 
 
Penurunan volatilitas itu didorong oleh rilis data inflasi Amerika Serikat yang cenderung menurun serta ekspektasi less-hawkish (kemungkinan penaikan suku bunga acuan yang lebih sedikit) dari The Federal Reserve (The Fed). Sedangkan dari dalam negeri, kata Josua, data transaksi berjalan Indonesia pada triwulan II-2022 yang mencatatkan surplus 1,1 persen terhadap PDB juga akan menjaga stabilitas rupiah. 
 
Namun dia menilai hingga akhir tahun kemungkinan besar bank sentral bakal menaikan suku bunga acuan hingga 50-75 bps.  
 
"Ekspektasi tersebut sejalan dengan ekspektasi penurunan surplus transaksi berjalan pada semester II-2022 dan upaya untuk menjangkar ekspektasi inflasi yang disebabkan oleh kenaikan inflasi harga bergejolak dan inflasi harga diatur pemerintah," terang Josua.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ANN)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan