Jakarta: Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pembukaan perdagangan hari ini kembali mengalami pelemahan.
Mengutip data Bloomberg, Rabu, 14 September 2022, nilai tukar rupiah terhadap USD berada di level Rp14.932,5 per USD. Mata uang Garuda tersebut turun sebanyak 81 poin atau setara 0,55 persen dari posisi Rp14.851 per USD pada penutupan perdagangan sebelumnya.
Adapun rentang gerak rupiah berada di kisaran Rp14.926 per USD hingga Rp14.942 per USD. Sementara year to date (ytd) return terpantau sebesar 4,69 persen.
Data Yahoo Finance juga menunjukkan rupiah terseok. Rupiah bertengger di posisi Rp14.930 per USD, melemah 80 poin atau 0,53 persen dari Rp14.850 per USD.
Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi memprediksi rupiah pada perdagangan hari ini akan bergerak secara fluktuatif. Namun mata uang Garuda pada penutupan perdagangan diperkirakan melemah.
Hal ini didorong oleh sentimen penaikan suku bunga deposito Bank Sentral Eropa menjadi 0,75 persen dari nol persen minggu lalu. Ini menjadi kenaikan terbesar yang pernah ada.
Presiden Bank Sentral Eropa Christine Lagarde memandu untuk dua atau tiga kenaikan lainnya dalam upaya untuk membawa inflasi pada level rekor kembali ke target bank dua persen.
"Pejabat ECB melihat risiko yang meningkat dimana mereka harus menaikkan suku bunga utama mereka menjadi dua persen atau lebih. Setidaknya kenaikan 125 basis poin untuk mengekang rekor inflasi tinggi di Zona Euro meskipun kemungkinan resesi," jelas Ibrahim.
Mengutip data Bloomberg, Rabu, 14 September 2022, nilai tukar rupiah terhadap USD berada di level Rp14.932,5 per USD. Mata uang Garuda tersebut turun sebanyak 81 poin atau setara 0,55 persen dari posisi Rp14.851 per USD pada penutupan perdagangan sebelumnya.
Adapun rentang gerak rupiah berada di kisaran Rp14.926 per USD hingga Rp14.942 per USD. Sementara year to date (ytd) return terpantau sebesar 4,69 persen.
Data Yahoo Finance juga menunjukkan rupiah terseok. Rupiah bertengger di posisi Rp14.930 per USD, melemah 80 poin atau 0,53 persen dari Rp14.850 per USD.
Baca juga: Dolar AS Perkasa saat Inflasi AS Memanas |
Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi memprediksi rupiah pada perdagangan hari ini akan bergerak secara fluktuatif. Namun mata uang Garuda pada penutupan perdagangan diperkirakan melemah.
Hal ini didorong oleh sentimen penaikan suku bunga deposito Bank Sentral Eropa menjadi 0,75 persen dari nol persen minggu lalu. Ini menjadi kenaikan terbesar yang pernah ada.
Presiden Bank Sentral Eropa Christine Lagarde memandu untuk dua atau tiga kenaikan lainnya dalam upaya untuk membawa inflasi pada level rekor kembali ke target bank dua persen.
"Pejabat ECB melihat risiko yang meningkat dimana mereka harus menaikkan suku bunga utama mereka menjadi dua persen atau lebih. Setidaknya kenaikan 125 basis poin untuk mengekang rekor inflasi tinggi di Zona Euro meskipun kemungkinan resesi," jelas Ibrahim.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News