Mata uang rupiah. Foto: dok MI.
Mata uang rupiah. Foto: dok MI.

Waduh, Rupiah Terpeleset ke Rp14.874 di Selasa Pagi

Husen Miftahudin • 13 September 2022 09:48
Jakarta: Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pembukaan perdagangan hari ini mengalami pelemahan.
 
Mengutip data Bloomberg, Selasa, 13 September 2022, nilai tukar rupiah terhadap USD berada di level Rp14.874,5 per USD. Mata uang Garuda tersebut terpeleset sebanyak 32,5 poin atau setara 0,22 persen dari posisi Rp14.842 per USD pada penutupan perdagangan sebelumnya.
 
Adapun rentang gerak rupiah berada di kisaran Rp14.849 per USD hingga Rp14.875 per USD. Sementara year to date (ytd) return terpantau sebesar 4,29 persen.

Data Yahoo Finance juga menunjukkan rupiah terseok. Rupiah bertengger di posisi Rp14.868 per USD, melemah 28 poin atau 0,18 persen dari Rp14.840 per USD.
 
Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi memprediksi rupiah pada perdagangan hari ini akan bergerak secara fluktuatif. Namun mata uang Garuda pada penutupan perdagangan diperkirakan melemah.
 
"Untuk perdagangan hari ini, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp14.830 per USD hingga Rp14.890 per USD," jelasnya.
 
Baca juga: Dolar AS Tak Bernyali Menguat Jelang Rilis Data Ekonomi Utama

 
Hal ini didorong oleh sentimen penaikan suku bunga deposito Bank Sentral Eropa menjadi 0,75 persen dari nol persen minggu lalu. Ini menjadi kenaikan terbesar yang pernah ada.
 
Presiden Bank Sentral Eropa Christine Lagarde memandu untuk dua atau tiga kenaikan lainnya dalam upaya untuk membawa inflasi pada level rekor kembali ke target bank dua persen.
 
Pejabat ECB melihat risiko yang meningkat dimana mereka harus menaikkan suku bunga utama mereka menjadi dua persen atau lebih. Setidaknya kenaikan 125 basis poin untuk mengekang rekor inflasi tinggi di Zona Euro meskipun kemungkinan resesi.
 
Mata uang tunggal juga telah didorong oleh berita keuntungan teritorial substansial yang dibuat oleh pasukan Ukraina selama akhir pekan. Kondisi ini meningkatkan potensi, betapapun kecilnya, untuk mengakhiri invasi Rusia ke Ukraina.
 
"Data ekonomi terbaru menunjukkan ekonomi Inggris tumbuh kurang dari yang diharapkan pada Juli ketika berkembang sebesar 0,2 persen dari Juni. Produk domestik bruto (PDB) turun 0,6 persen pada Juni, termasuk dua hari libur bank umum untuk merayakan 70 tahun mendiang Ratu Elizabeth di atas takhta Inggris," pungkas Ibrahim.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(HUS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan