"Menimbang situasi yang ada, Bank Indonesia perlu mempertahankan suku bunga pada 3,50 persen bulan ini sembari mencermati kondisi pasar domestik dan mengantisipasi fluktuasi yang akan terjadi di pasar global," ungkap Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky, dalam rilis Analisis Makroekonomi yang dikutip Kamis, 10 Februari 2022.
Langkah kebijakan bank sentral mempertahankan suku bunga acuan tersebut juga menimbang berbagai faktor seperti terkendalinya dampak normalisasi kebijakan moneter oleh negara maju, inflasi domestik yang masih terjaga, dan mulai pulihnya kondisi ekonomi domestik.
"Pada saat yang sama, Bank Indonesia juga dinilai perlu untuk menjaga kondisi makroprudensial yang mendukung pertumbuhan domestik dan kebijakan moneter yang mendukung stabilitas," tegasnya.
Riefky menjelaskan dampak dari normalisasi kebijakan moneter yang lebih cepat dari yang diperkirakan oleh negara-negara maju kemungkinan memiliki dampak yang tidak terlalu signifikan terhadap sektor keuangan domestik dibandingkan dengan kondisi Taper Tantrum 2013 silam.
Menurutnya, pengetatan moneter yang sedang berlangsung memiliki dampak yang lebih kecil terhadap arus modal keluar Indonesia dan depresiasi nilai tukar rupiah akibat lebih rendahnya porsi kepemilikan asing pada aset finansial Indonesia, surplus neraca perdagangan, dan forward guidance yang lebih jelas dari The Fed.
Tekanan inflasi domestik
Lebih lanjut, tekanan inflasi domestik juga relatif rendah mengingat adanya gelombang baru covid-19 yang menahan laju inflasi, walaupun angka terakhir sudah menunjukkan inflasi sudah mulai memasuki batas target Bank Indonesia."Inflasi domestik sepertinya membutuhkan waktu lebih panjang untuk melanjutkan tren kenaikannya menyusul kebijakan pengetatan pembatasan sosial akan membatasi belanja masyarakat," tuturnya.
Dari prospek ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tumbuh kuat pada kuartal akhir tahun lalu menunjukkan kondisi fundamental domestik masih cukup baik. "Diharapkan kondisi tersebut mampu meminimalisasi potensi kontraksi dari penyebaran Omicron yang sedang berlangsung," pungkas Riefky.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News