Direktur Utama Bank Mega Kostaman Thayib mengatakan pencapaian itu dapat diraih meski di tengah pandemi covid-19 yang menantang.
"Hasilnya, Bank Mega tetap tumbuh secara signifikan dan berkesinambungan bahkan indikator utama keuangan berada di atas rata-rata industri," katanya dalam keterangan tertulis, Rabu, 17 Februari 2021.
Pertumbuhan laba diperoleh dari pendapatan bunga bersih (Net Interest Income) yang naik sembilan persen menjadi Rp3,9 triliun dari 2019 sebesar Rp3,58 triliun. Selain itu, fee based income naik 26 persen menjadi Rp2,9 triliun dari Rp2,3 triliun pada 2019.
Ia menambahkan total aset Bank Mega mencapai Rp112,2 triliun atau naik 11 persen dibanding tahun sebelumnya sebesar Rp100,8 triliun. Sementara Dana Pihak Ketiga (DPK) naik sembilan persen menjadi Rp79,19 triliun dari 2019 sebesar Rp72,8 triliun.
"Dari sisi komposisi, deposito masih mendominasi Dana Pihak Ketiga yaitu sebesar 72 persen, disusul oleh tabungan sebesar 17 persen dan giro sebesar 11 persen," ungkapnya.
Menurutnya kelesuan ekonomi yang disebabkan pandemi mengakibatkan kredit kepada pihak ketiga Bank Mega tumbuh minus enam persen menjadi Rp48,5 triliun. Kredit korporasi masih tumbuh positif dibandingkan segmen lainnya, yaitu 55 persen menjadi Rp26,2 triliun.
Selanjutnya, keberhasilan mengendalikan beban operasional mengakibatkan perbaikan Rasio Beban Operasional dibandingkan Pendapatan Operasional (BOPO) menjadi sebesar 65,9 persen dibanding posisi tahun sebelumnya yang sebesar 74,10 persen.
"Hal ini merupakan merupakan dampak dari inovasi digital dan otomasi yang telah diberlakukan sejak dua tahun terakhir, baik untuk back office maupun front office," jelas dia.
Untuk permodalan, Bank Mega mencatat rasio permodalan (CAR) sebesar 31,04 persen, meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 23,68 persen. Menurutnya, rasio permodalan yang kuat merupakan hal penting untuk mendukung pertumbuhan yang berkelanjutan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News