Ilustrasi OJK. Foto: dok MI.
Ilustrasi OJK. Foto: dok MI.

Produk Keuangan Derivatif di Bappebti Bakal Dipindahkan ke OJK

Antara • 11 Januari 2024 21:00
Jakarta: Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Inarno Djajadi mengatakan tim OJK sedang melakukan identifikasi dan pemetaan baik pelaku, produk, maupun infrastruktur keuangan derivatif dengan underlying efek (baik syariah maupun konvensional).
 
Ia menjelaskan, produk tersebut akan dipindahkan dari Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti), diantaranya meliputi kontrak derivatif indeks saham dan kontrak derivatif saham tunggal asing.
 
"Saat ini tim OJK sedang melakukan identifikasi dan pemetaan baik pelaku, produk, maupun infrastrukturnya," kata Inarno dalam Jawaban Tertulis Konferensi Pers RDKB OJK Desember 2023 di Jakarta, Kamis, 11 Januari 2024.

Inarno menjelaskan, peralihan produk derivatif keuangan dari Bappebti ke OJK masih menunggu ditetapkannya Peraturan Pemerintah (PP) tentang Peralihan Tugas Pengaturan dan Pengawasan Aset Keuangan Digital termasuk Aset Kripto serta Derivatif Keuangan, yang akan mengatur mekanisme peralihan produk derivatif keuangan dari Bappebti ke OJK.
 
Sementara itu, terkait infrastruktur produk derivatif, saat ini pasar modal Indonesia telah memiliki mekanisme perdagangan derivatif berupa efek, melalui Bursa Efek Indonesia (BEI) sebagai SRO yang diawasi oleh OJK.
 
"Namun demikian, OJK masih terus melakukan kajian dan pemetaan terkait penggunaan infrastruktur produk derivatif ke depan," ujar Inarno.
 
Baca juga: Bunga Pinjol Disunat OJK, Asosiasi: Semoga Bisa Ngurangin Risiko Gagal Bayar
 

Produk keuangan derivatif jadi ranah OJK


Diketahui, dalam Undang- Undang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (UU P2SK) mengamanatkan pengaturan dan pengawasan beberapa produk keuangan derivatif dipindahkan dari Bappebti ke OJK.
 
Dalam kesempatan ini, Inarno mengatakan konsensus global memperkirakan pertumbuhan perekonomian masih akan melambat pada 2024, seiring melemahnya konsumsi dan investasi dari Tiongkok.
 
Bank Dunia dan Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) memperkirakan pertumbuhan ekonomi global berada di angka 2,4 persen sampai 2,7 persen. Sedangkan Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan berada di level 2,9 persen.
 
Untuk ekonomi Indonesia, IMF memperkirakan akan tumbuh stabil di kisaran lima persen pada 2024, dengan tingkat inflasi diproyeksikan pada rentang target sebesar 2,5 persen.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(HUS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan