Menurutnya, salah satu masalah bank syariah di Indonesia karena cost of fund yang tinggi, sehingga harga produk dan layanannya menjadi lebih mahal dibandingkan dengan perbankan konvensional.
"Harapannya dengan memiliki pricing yang lebih rendah dan kompetitif, maka bank syariah bisa mendapatkan nasabah yang risiko profilnya lebih baik, sehingga berdampak ke profitabilitas yang lebih tinggi," ujar Tika dalam diskusi virtual Indef, Selasa, 16 Februari 2021.
Tika melanjutkan BSI punya sejumlah peluang yang dapat digarap. Di antaranya integrasi dengan lembaga komersial dalam pemanfaatan dana zakat dan wakaf sehingga lebih produktif.
Kondisi tersebut dapat mengoptimalkan pengumpulan dana zakat melalui pemanfaatan teknologi dan penetrasi nasabah yang dimiliki. Apalagi pengumpulan dana zakat saat ini baru terserap enam persen dari potensi yang ada.
"Merger ini menjadi PR (Pekerjaan Rumah) yang baru dimulai. Bagaimana setelah ini dapat memperbesar aset secara menyeluruh," papar dia.
Sementara itu, Ekonom Syariah Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Fauziah Rizki Yuniarti mengungkapkan bahwa ada beberapa tantangan internal di Bank Syariah Indonesia. Salah satunya pengelompokan budaya dari masing-masing bank.
"Pasti akan ada integrasi culture sangat berat, karena kan tiga bank besar ini sudah cukup berumur pasti mereka sudah mendarah daging culture di perusahaan masing-masing. Saat digabungkan pasti itu akan ada risiko pengelompokan, masing-masing punya egonya sendiri-sendiri," tuturnya.
Namun hal itu tergantung bagaimana peran pimpinan BSI. Jika mereka mampu meminimalisasi dan memastikan tidak akan terjadi clash culture (benturan budaya), maka tidak akan mempengaruhi produktivitas ke depannya.
Tantangan selanjutnya terkait teknologi informasi (IT) dan integrasi sistem. Fauziyah menyadari bahwa tidak mudah dalam mengintegrasikan sistem IT seperti mobile banking, ATM, dan segala sistem yang ada di masing-masing bank syariah.
"Untuk memergerkan dari tiga bank ini saja butuh waktu, makanya disebutkan 2021 ini masih masa transisi. Mungkin baru bisa benar-benar take off nanti tahun 2022," jelas dia.
Kemudian, tantangan location analysis. Sebab dari tiga bank syariah yang dimergerkan masing-masing memiliki banyak cabang ATM. Sehingga dengan merger ini akan ada cost tersendiri yang dialami oleh BSI.
"Kapan kita harus memutuskan ATM masing-masing bank merger harus ditutup dan cabang ini harus ditutup. Jadi harus dihitung biaya operasional satu cabang, ini krusial juga karena kalau tidak dimonitor akhirnya terlalu banyak operating cost yang terbuang," pungkas Fauziyah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News