Selain itu aset BRIsyariah tercatat sebesar Rp56 triliun pada kuartal III-2020 atau meningkat 51,40 persen dibandingkan sebelumnya. Tidak hanya mencatat pertumbuhan laba, pertumbuhan pembiayaan dan dana murah perseroan juga melonjak signifikan.
Direktur Utama BRIsyariah Ngatari menyampaikan hingga perseroan hingga kuartal III-2020 telah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp40 triliun, tumbuh mencapai 57,90 persen year-on-year (yoy). Pertumbuhan pembiayaan yang signifikan ditopang oleh segmen Ritel (SME, Mikro dan Konsumer) untuk memberikan imbal hasil yang lebih optimal.
"Peningkatan laba bersih BRIsyariah di kuartal III-2020 ini didukung oleh optimalisasi fungsi intermediari yang diikuti dengan pengendalian beban biaya dana," jelas Ngatari, dalam keterangan resminya, Senin, 26 Oktober 2020.
Secara rinci, pada kuartal III-2020, komposisi pembiayaan konsumer menjadi yang dominan dalam penyaluran pembiayaan di BRIsyariah. Pembiayaan konsumer ini menjadi salah satu fokus penyaluran pembiayaan BRIsyariah karena memiliki risiko yang rendah. Hal ini dikarenakan pembiayaan konsumer ini berdasarkan asset based (KPR) dan salary based (pembiayaan multiguna). Total pembiayaan konsumer yang disalurkan BRIsyariah hingga triwulan III-2020 mencapai Rp12,2 triliun atau tumbuh sebesar 53,77 persen yoy.
Selain segmen konsumer, pembiayaan mikro BRIsyariah juga memberikan kontribusi besar terhadap total pembiayaan perseroan. Penyaluran pembiayaan mikro BRIsyariah tercatat sebesar Rp10,9 triliun, tumbuh sebesar 185 persen year on year. Pembiayaan KUR yang masuk di segmen mikro mencatat pertumbuhan positif.
Penyaluran KUR BRIsyariah di September 2020 telah mencapai 95 persen dari target total di 2020. "Total target KUR BRIsyariah di 2020 adalah Rp4,5 triliun. Alhamdulillah di September 2020 kami telah menyalurkan Rp4,3 triliun. Artinya hampir tercapai 100 persen dari target," lanjut Ngatari.
Di sisi lain dana pihak ketiga (DPK), BRIsyariah mencatat pertumbuhan sebesar 72,7 persen. Dalam penghimpunan dana, BRIsyariah fokus dalam meningkatkan dana murah (CASA). Pada kuartal III-2020, BRIsyariah mampu meningkatkan CASA sebesar 135 persen (YoY). Peningkatan CASA ini bertujuan agar BRIsyariah dapat mengendalikan biaya dana (cost of fund).
"DPK meningkat ditopang oleh pertumbuhan dana murah (giro dan tabungan) sejalan dengan strategi pengendalian beban biaya dana. Peningkatan dana murah yang mencapai mendorong penurunan biaya dana atau cost of fund," jelas Ngatari.
Ngatari melanjutkan salah satu pendorong pertumbuhan pembiayaan BRIsyariah di masa pandemi ini adalah digitalisasi proses pembiayaan lewat aplikasi i-Kurma. BRIsyariah mengoptimalkan i-Kurma sebagai langkah transformasi digital dalam proses pembiayaan. Ini terbukti efektif dalam meningkatkan kinerja BRIsyariah, mengingat tenaga pemasar pembiayaan dimungkinkan untuk bekerja secara efektif dan efisien di tengah adaptasi kebiasaan baru pada masa pandemi korona.
Selain penyaluran pembiayaan kepada pelaku usaha mikro, kecil dan menengah, di tengah upaya-upaya pemulihan ekonomi nasional akibat pandemi covid-19 yang belum selesai, BRIsyariah ditunjuk menjadi salah satu bank penyalur dana Pemulihan Ekonomi Nasional. Hingga pertengahan Oktober 2020, BRIsyariah telah menyalurkan sekitar Rp449,9 miliar kepada 6.169 nasabah. Penyaluran diarahkan kepada sektor usaha produktif.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News