Kepala Departemen Komunikasi BI Onny Widjanarko mengatakan peningkatan tersebut disebabkan oleh pertumbuhan M1 sebesar 19,3 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada Juli 2020 sebesar 13,1 persen(yoy) yang didorong oleh naiknya simpanan giro rupiah.
Selain itu, pertumbuhan uang kuasi yang memiliki pangsa terhadap M2 sebesar 73,5 persen dengan nilai sebesar Rp4.947,0 triliun juga meningkat, dari 9,7 persen (yoy) pada bulan sebelumnya menjadi 11,5 persen (yoy) pada Agustus 2020.
"Namun, surat berharga selain saham mengalami kontraksi sebesar 18,7 persen (yoy) pada Agustus 2020, setelah pada bulan sebelumnya tumbuh sebesar 4,9 persen (yoy)," ungkap Onny dalam keterangan tertulis yang dikutip dari laman resmi Bank Indonesia, Rabu, 29 September 2020.
Berdasarkan faktor yang memengaruhi, peningkatan M2 pada Agustus 2020 disebabkan oleh ekspansi keuangan pemerintah. Operasi keuangan pemerintah meningkat tercermin dari tagihan bersih kepada pemerintah pusat yang meningkat, dari 40,8 persen (yoy) pada Juli 2020 menjadi 65,1 persen pada Agustus 2020.
Selain itu, aktiva luar negeri bersih meningkat sebesar 13,8 persen (yoy) pada Agustus 2020, lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada Juli 2020 sebesar 17,6 persen. Hal ini disebabkan oleh perlambatan tagihan sistem moneter kepada bukan penduduk, terutama dalam bentuk surat berharga.
Sementara itu, penyaluran kredit pada Agustus 2020 tercatat sebesar Rp5.520,9 triliun atau tumbuh 0,6 persen (yoy), lebih rendah bila dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 1,0 persen (yoy). Perlambatan penyaluran kredit seiring dengan perlambatan kredit kepada debitur korporasi dan perorangan.
Kredit kepada korporasi tercatat melambat dari 0,9 persen (yoy) pada Juli 2020 menjadi 0,7 persen (yoy) pada Agustus 2020. Demikian juga penyaluran kredit pada debitur perorangan mengalami perlambatan, dari 1,5 persen (yoy) menjadi 1,0 persen (yoy) pada bulan laporan.
Berdasarkan jenis penggunaannya, perlambatan kredit dipengaruhi oleh melambatnya kredit investasi dan kredit konsumsi, serta penurunan kredit modal kerja. Kredit investasi tercatat tumbuh 4,0 persen (yoy), pada Agustus 2020, melambat dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 5,2 persen (yoy).
Sementara itu, pertumbuhan kredit konsumsi pada Agustus 2020 melambat dari 1,5 persen (yoy) pada Juli 2020 menjadi 1,1 persen (yoy). Hal ini disebabkan oleh perlambatan pada kredit pemilikan rumah (KPR), kredit pemilikan apartemen (KPA), kredit kendaraan bermotor (KKB), serta kredit multiguna.
"Sedangkan kredit modal kerja masih melanjutkan pertumbuhan negatifnya sebesar minus 1,7 persen (yoy) pada Agustus 2020, terutama pada sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran," pungkas Onny.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News