Mengutip data Bloomberg, Kamis, 15 Juni 2023, rupiah dibuka di level Rp14.945 per USD. Mata uang Garuda tersebut turun 38,5 poin atau setara 0,26 persen dari Rp14.906 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Sementara menukil data Yahoo Finance, rupiah berada di level Rp14.939 per USD, turun 45 poin atau setara 0,30 persen dari Rp14.894 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi mengungkapkan pergerakan rupiah pada perdagangan hari kemungkinan besar akan kembali berada di zona merah.
"Mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp14.890 per USD hingga Rp14.960 per USD," jelas Ibrahim dalam analisis hariannya.
Baca juga: Dolar AS Ambruk saat The Fed Hentikan Kenaikan Suku Bunga |
Perlambatan ekonomi Tiongkok seret pergerakan rupiah
Di sisi lain, Ibrahim menilai sebenarnya perekonomian Indonesia saat ini terus positif. Hal tersebut bisa terlihat dari data ekonomi yang cukup bagus, baik data PMI Indonesia, neraca perdagangan, neraca pembayaran, cadangan devisa, dan lainnya.
"Namun, membaiknya perekonomian Indonesia akan terhambat oleh laju perlambatan ekonomi Tiongkok sebagai mitra bisnis utamanya," ungkap Ibrahim.
Menurutnya, perlambatan ekonomi Tiongkok dikhawatirkan pasar dapat berdampak pada pelemahan kinerja ekspor Indonesia mengingat Negeri Tirai Bambu tersebut merupakan salah satu mitra dagang utama dan terbesar bagi Indonesia.
"Namun demikian, ekspor Indonesia tidak banyak dari manufaktur sehingga komoditas ekspor yang diekspor yang terkait komoditas masih dibutuhkan Tiongkok untuk menopang pemulihan," papar dia.
Dengan perlambatan ekonomi yang terjadi di Tiongkok, ia menyarankan agar pemerintah dan Bank Indonesia (BI) harus tetap waspada dan terus menerapkan strategi bauran ekonomi guna untuk memperkuat pondasi perekonomian Indonesia. Sebagai penguatnya adalah Undang-Undang Omnibus Law Cipta Kerja.
"Dengan melihat pelemahan mata uang rupiah, maka Bank Indonesia harus terus melakukan intervensi di perdagangan valuta asing dan obligasi dalam bentuk rupiah di pasar Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF). Sehingga, bisa menahan laju pelemahan mata uang rupiah lebih dalam lagi," terang Ibrahim.
*Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id*
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News