"Dalam kondisi carut marut ekonomi global, Indonesia ekonominya tetap kuat dalam menghadapi ancaman yang datang dari eksternal. Indikasi ini bisa dilihat dari data ekonomi domestik yang menunjukan perbaikan," ungkap analis pasar uang Ibrahim Assuaibi dalam analisis hariannya, Senin, 11 Juli 2022.
Dijelaskan Ibrahim, saat ini ekonomi global tengah menghadapi ancaman resesi akibat harga-harga komoditas yang melambung tinggi. Kondisi itu menyebabkan tingginya inflasi, sehingga bank sentral global menaikkan suku bunga yang berdampak terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) mengalami kontraksi yang membuat negara-negara maju, berkembang serta negara-negara miskin mengalami kontraksi ekonomi.
Beruntung, cadangan devisa Indonesia yang dilaporkan Bank Indonesia (BI) mengalami kenaikan USD800 juta menjadi USD136,4 miliar pada Juni 2022. Posisi cadangan devisa Juni 2022 menjadi yang tertinggi sejak Maret 2022.
"Kendati terjadi outflows, tetapi peningkatan cadangan devisa disebabkan oleh penerbitan global bond serta penerimaan pajak dan jasa," paparnya.
Kemudian dari sisi rilis data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK), meski terjadi penurunan secara bulanan sebesar 0,7 poin, tetapi angka IKK menunjukkan konsumen tetap optimistis. Dari enam sub-indeks IKK, hanya dua sub-indeks yang mengalami penurunan yaitu sub-indeks untuk kondisi ekonomi saat ini dan pendapatan saat ini.
Sementara itu, optimisme konsumen terhadap outlook ekonomi, ekspektasi pendapatan enam bulan ke depan, ketersediaan lapangan kerja dibanding enam bulan lalu, serta ekspektasi ketersediaan lapangan kerja enam bulan mendatang masih menunjukkan peningkatan.
"Gejolak yang dialami oleh pasar keuangan Tanah Air masih tak bisa dilepaskan dari kondisi eksternal yang memang belum mendukung. Namun pemerintah dan Bank Indonesia optimis bisa menanggulangi bersama-sama sehingga gejolak eksternal masih bisa diredam dengan data fundamental yang kuat," paparnya.
Baca juga: Survei: Risiko Resesi Negara di Asia Naik Akibat Lonjakan Inflasi |
Adapun mengutip data Bloomberg pada penutupan perdagangan hari ini, nilai tukar rupiah terhadap USD menguat ke level Rp14.975 per USD. Mata uang Garuda tersebut menguat tipis empat poin atau setara 0,03 persen dari posisi Rp14.979 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Data Yahoo Finance juga menunjukkan rupiah berada di zona merah pada posisi Rp14.970 per USD. Rupiah menguat sebanyak 15 poin atau setara 0,10 persen dari Rp14.985 per USD di penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Sedangkan berdasar pada data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah berada di level Rp14.969 per USD atau naik 12 poin dari perdagangan di hari sebelumnya sebesar Rp14.981 per USD.
"Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp14.960 per USD sampai Rp14.990 per USD," pungkas Ibrahim.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News