"Penurunan tersebut disebabkan oleh penurunan penjualan mayoritas kelompok, terutama subkelompok Sandang, Kelompok Suku Cadang dan Aksesori, serta Barang Budaya dan Rekreasi sejalan dengan penerapan PPKM Darurat/Level 4 yang terjadi di sepanjang Juli-Agustus 2021," tulis Survei Penjualan Eceran (SPE) September 2021 yang diungkap Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono, Selasa, 9 November 2021.
Penjualan eceran di sejumlah kota:
- Semarang (termasuk Purwokerto) minus 8,7 persen (mtm).
- Surabaya minus 4,7 persen (mtm).
- Manado minus 3,4 persen (mtm).
- Denpasar minus 0,2 persen (mtm).
"Kinerja penjualan eceran di Surabaya dan manado tercatat positif meski melambat dari bulan sebelumnya sebesar 23,2 persen (yoy) dan 5,2 persen (yoy) dari 31,0 persen (yoy) dan 7,3 persen (yoy) pada bulan sebelumnya," papar dia.
Pada Oktober 2021, penjualan eceran pada mayoritas kota yang disurvei diprakirakan meningkat secara bulanan. Peningkatan tertinggi diprakirakan terjadi di Semarang (termasuk Purwokerto) sebesar 11,4 persen (mtm), diikuti Medan 8,5 persen (mtm), dan Jakarta 0,7 persen (mtm).
Sementara itu, penjualan eceran di Surabaya tercatat membaik meski masih terkontraksi sebesar minus 0,2 persen (mtm) dari minus 4,7 persen (mtm) pada bulan sebelumnya.
"Secara tahunan, penjualan eceran menunjukkan peningkatan di beberapa kota seperti Medan dan Surabaya masing-masing sebesar 17,4 persen (yoy) dan 25,4 persen (yoy) dan sejumlah kota tercatat mengalami perbaikan seperti Semarang (termasuk Purwokerto) dan Bandung yang masing-masing sebesar minus 16,1 persen (yoy) dan minus 13,0 persen (yoy)," tutup Erwin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News