"Dolar berada di dekat level terendah dalam tiga bulan terhadap kebangkitan kembali euro, dan pedagang mengurangi taruhan sebelumnya bahwa Federal Reserve akan segera mengurangi stimulusnya meskipun pasar tidak sepenuhnya yakin bahwa inflasi AS yang lebih tinggi bersifat sementara," ungkap Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam keterangan resminya, Senin, 24 Mei 2021.
Ibrahim menjelaskan risalah dari pertemuan kebijakan The Fed pada April 2021 yang dirilis pekan lalu menunjukkan bahwa minoritas pembuat kebijakan ingin membahas pembelian obligasi tapering di tengah kekhawatiran menuangkan lebih banyak uang untuk pemulihan ekonomi. Kondisi ini dapat memicu tingkat inflasi.
Namun, komentar berulang dari Ketua Fed Jerome Powell bahwa belum waktunya untuk membahas pengurangan pelonggaran moneter kuantitatif telah membuat banyak investor percaya bahwa akan membutuhkan waktu berbulan-bulan sebelum bank sentral benar-benar mengubah kebijakan.
"Angka inflasi cukup kuat tetapi penjualan ritel mungkin mulai melambat. Sementara prospek ekonomi bergantung pada kebijakan fiskal, yang masih tidak pasti," paparnya mengutip ahli strategi mata uang di Barclays, Shinichiro Kadota.
Gedung Putih mengatakan pada hari Jumat bahwa pihaknya telah mengurangi tagihan infrastrukturnya menjadi USD1,7 triliun dari USD2,25 triliun, pemotongan investasi di broadband, jalan, serta jembatan, tetapi Partai Republik menolak perubahan tersebut sebagai tidak cukup untuk kesepakatan.
Terkait hal itu, investor disibukkan dengan ancaman percepatan inflasi, Personal Consumption Expenditures (PCE) atau data Pengeluaran Konsumsi Pribadi AS, yang akan dirilis pada hari Jumat, dipandang sebagai salah satu tes terbesar untuk pasar pada pekan ini.
"Beberapa analis mengatakan mata uang itu dibatasi oleh komentar dari Presiden Bank Sentral Eropa Christine Lagarde pada hari Jumat, bahwa masih terlalu dini bagi bank untuk membahas penyelesaian skema pembelian obligasi darurat 1,85 triliun euro," papar dia.
Adapun mengutip data Bloomberg pada penutupan perdagangan hari ini, nilai tukar rupiah terhadap USD stagnan di posisi Rp14.355 per USD. "Meskipun stagnan, namun ini lebih baik dari sebelumnya yang melemah tajam 30 poin," tegas Ibrahim.
Sementara menukil data Yahoo Finance, rupiah berada di zona hijau pada posisi Rp14.350 per USD. Rupiah menguat 20 poin atau setara 0,14 persen dari Rp14.370 per USD di penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Sedangkan berdasar pada data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dolar Rate (Jisdor), rupiah diperdagangkan di level Rp14.362 per USD atau menguat 13 poin dari nilai tukar rupiah pada perdagangan hari sebelumnya sebesar Rp14.375 per USD.
"Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah kemungkinan dibuka fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp14.340 per USD hingga Rp14.380 per USD," pungkas Ibrahim.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id