Ilustrasi. Foto: AFP/Bay Ismoyo.
Ilustrasi. Foto: AFP/Bay Ismoyo.

Faktor-faktor Penguat Rupiah, Salah Satunya Rusia-Ukraina

Husen Miftahudin • 16 Februari 2022 16:47
Jakarta: Pergerakan kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali menguat, didorong oleh meredanya tensi geopolitik antara Rusia dan Ukraina. Investor juga mencerna laporan Rusia telah memindahkan pasukan dari perbatasannya dengan Ukraina, di samping data ekonomi terbaru dari Tiongkok.
 
"Dalam perdagangan sore ini, rupiah ditutup menguat 43 poin walaupun sebelumnya sempat menguat 45 poin di level Rp14.256 per USD dari penutupan sebelumnya di level Rp14.299 per USD," ungkap analis pasar uang Ibrahim Assuaibi dalam analisis hariannya, Rabu, 16 Februari 2022.
 
Ibrahim menjelaskan, Kementerian Pertahanan Rusia telah menerbitkan rekaman yang menunjukkan pihaknya menarik beberapa pasukan dari perbatasan dengan Ukraina setelah latihan. Namun, Presiden AS Joe Biden mengatakan bahwa AS belum memverifikasi langkah tersebut.

Di sisi lain, Federal Reserve AS secara luas diperkirakan akan menaikkan suku bunga pada pertemuan Maret 2022, dengan beberapa kenaikan lagi kemungkinan akan mengikuti sepanjang tahun.
 
"Investor sekarang menunggu risalah dari pertemuan terakhir The Fed di kemudian hari, yang dapat memengaruhi pergerakan dolar dan suku bunga AS. Hasil pada catatan Treasury 10-tahun benchmark terakhir di 2,0329," terangnya.
 
Perdebatan di antara pejabat Fed tentang seberapa agresif bank sentral harus menaikkan suku bunga juga berlanjut. Presiden Fed St Louis James Bullard mengulangi seruan untuk mempercepat laju kenaikan suku bunga Fed, tetapi beberapa rekannya kurang tertarik untuk berkomitmen pada kenaikan setengah poin atau bahkan khawatir hal itu dapat menyebabkan masalah.
 
"Di seberang Atlantik, Bank of England dapat menaikkan suku bunganya sendiri sebesar 25 basis poin lagi pada pertemuan Maret. Bank sentral terakhir menaikkan suku bunga pada tiga pertemuan berturut-turut pada 1997," urai Ibrahim.

Faktor dalam negeri

Dari faktor dalam negeri, Ibrahim memandang Indonesia berhasil pulih lebih cepat dari yang diperkirakan atas pandemi covid-19. Bahkan, jika dibandingkan dengan krisis moneter yang melanda pada 1997-1998.
 
Ketika pandemi dimulai pada Maret 2020, pemerintah mengambil langkah strategis untuk mengantisipasi jatuhnya ekonomi akibat mobilitas masyarakat yang terbatas. Hal ini mulai dari mengamankan sisi kesehatan, sistem keuangan, hingga insentif untuk masyarakat yang terdampak.
 
"Hasilnya terlihat, meskipun ekonomi negatif 2,07 persen pada periode tersebut, namun tidak sedalam banyak negara lain," papar dia.
 
Kemudian momentum pemulihan ekonomi berlanjut di 2021. Pada kuartal kedua, ekonomi berhasil tumbuh positif di atas tujuh persen ditopang oleh seluruh aspek, mulai dari ekspor, konsumsi rumah tangga, hingga investasi.
 
"Pemulihan ekonomi akhirnya kembali ke jalur semula pada kuartal keempat 2021, yang berhasil tumbuh 5,02 persen. Perbaikan ekonomi di kuartal keempat 2021 didorong oleh sisi permintaan dan penawaran," beber Ibrahim.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AHL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan