"Walaupun redenominasi sebenarnya tidak akan mengubah daya beli dari uang yang kita punya, kondisi sosial tersebut akan menentukan akseptasi masyarakat," ungkap Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono kepada Medcom.id, dikutip Selasa, 9 Februari 2021.
Menurut Erwin, plesetan atau hasutan redenominasi rupiah seperti yang terjadi pada video yang diunggah oleh sejumlah akun media sosial dan menjadi viral bisa terjadi dalam skala yang luas. Kondisi-kondisi ini yang juga bisa memengaruhi implementasi redenominasi.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Kondisi sosial, politik, dan ekonomi yang stabil menjadi sangat penting dalam implementasi redenominasi. Pengalaman di banyak negara menunjukkan hal tersebut," paparnya.
Terkait video yang menampilkan uang kertas dengan nominal Rp100 bergambar Presiden Joko Widodo (Jokowi), Erwin memastikan bahwa hal tersebut hanya ulah dari orang iseng. Bank Indonesia akan menginvestigasi video yang menampilkan uang rupiah tersebut untuk mencegah persepsi keliru terkait peredaran uang tersebut.
"Bukan dari BI tapi kami monitor. Kelihatannya ini anak-anak iseng di Tiktok terus masuk Instagram dan juga FB (Facebook)," tutur Erwin.
Namun demikian, ia mengakui bahwa pembuat video dan akun-akun yang menyebarkan telah membuat permintaan maaf. Terkait hal ini, Erwin juga meminta seluruh unggahan tersebut segera dihapus. "Kami ingin ajak masyarakat untuk berhati-hati urusan ini. Bagaimanapun rupiah adalah lambang kedaulatan NKRI," tegas Erwin.
Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia telah mewacanakan redenominasi terhadap rupiah. Rencana tersebut tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 77/PMK.01/2020 tentang Rencana Strategi Kementerian Keuangan Tahun 2020-2024. Namun, rencana itu belum final dan masih dalam pembahasan di DPR.