Hal tersebut telah ia sampaikan pada Presiden Joko Widodo ketika presiden menanyakan mengenai SWF yang dimiliki berbagai negara, salah satunya Uni Emirates Arab (UEA) yang memiliki Abu Dhabi Investment Authority (ADIA).
"Sejarahnya dulu, Pak Presiden tanya saya tentang SWF, karena banyak negara sudah punya. Ini bisa jadi engine of growth kita. Kita bisa chip in," kata Luhut dalam economic outlook, Jakarta, Kamis, 25 Februari 2021.
Keberadaan LPI untuk menampung aliran modal masuk dari investor. Ia mengklaim banyak investor yang berminat untuk menaruh modalnya di LPI, salah satunya dari Abu Dhabi.
"Saya telepon Mr. Suhail Al Mazrouei (Menteri Energi UEA), mereka akan taruh duit di situ. SWF ini langkah strategis. Sekarang sudah ada kominteman USD9,5 miliar, bisa masuk ke tematik, karena ini masih baru, jadi pemerintah (menempatkan modal awal) USD5 miliar," jelas Luhut.
Modal yang dikelola LPI utamanya akan difokuskan untuk mendanai proyek langsung seperti pembangunan infrastruktur seperti jalan tol, bandara dan pelabuhan. Sehingga pendanaan infrastruktur tidak mengandalkan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN).
Lagi pula, kata Luhut, Presiden Jokowi juga menginginkan agar ke depannya APBN difokuskan untuk membiayai upaya pemerintah dalam mengurangi kemiskinan.
Senada, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan pemerintah tidak ingin jika proyek-proyek infrastruktur yang dibangun terus menerus mengandalkan utang atau pinjaman. Namun pemerintah ingin agar proyek-proyek infrastruktur dibangun dengan modal murni investasi.
Atas dasar tersebut, maka pemerintah membentuk LPI untuk menampong modal-modal baik dari dalam negeri maupun luar negeri yang utamanya digunakan untuk mendukung pembangunan proyek-proyek infrastruktur nasional.
"Kita ingin mensinambungkan proyek-proyek nasional terus dibangun, tapi tidak dengan utang. Namun dengan support melalui modal," jelas Erick.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News