Director Wealth & Personal Banking Bank HSBC Indonesia Edhi Tjahja Negara mengatakan pembaruan layanan HSBC Premier 2.0 terdiri dari tiga manfaat yaitu pengelolaan kekayaan (wealth), perencanaan pendidikan, dan penawaran eksklusif untuk mendukung pencapaian tujuan keuangan.
"(termasuk) rencana masa depan dan hidup yang lebih berarti bagi nasabah dan keluarga tercinta," kata Edhi, dalam keterangan tertulisnya, Rabu, 15 September 2021.
Menurut studi internal terbaru dari HSBC, demografi pasar affluent di Indonesia semakin banyak diisi oleh generasi milenial. Kalangan muda ini sangat dipengaruhi oleh kemajuan teknologi, memiliki gaya hidup dinamis dan modern, serta cenderung mencari simplicity dalam produk atau layanan.
Yang menarik, mereka juga memiliki satu kesamaan, yaitu mengutamakan keluarga dalam perencanaan hidupnya. Hasil studi lainnya di 2020 juga menunjukkan bahwa generasi milenial affluent tersebut merasa khawatir kemerosotan ekonomi yang terjadi di masa pandemi akan berdampak pada diri dan keluarga.
Meski demikian, ditemukan momentum baik dari studi tersebut, yang menunjukkan bahwa tiga sikap teratas para responden terhadap investasi dan tabungan selama pandemi tetap positif, yaitu berinvestasi untuk pemasukan tambahan, dana darurat, dan rencana jangka panjang.
Di sisi lain, Chief Investment Officer HSBC Wealth Management Xian Chan berpandangan pelaku pasar tak lagi takut dengan tingkat inflasi dan sekarang ini lebih fokus pada penyebaran varian delta covid-19. Pasalnya, varian baru yang lebih menular itu dikhawatirkan mengganggu upaya pemulihan yang sedang digencarkan negara-negara di dunia.
Dalam sebuah catatan, Xian Chan mengatakan, setelah periode kekhawatiran tentang inflasi yang lebih tinggi terus-menerus, dengan investor menilai apakah Federal Reserve AS mungkin dipaksa untuk memperketat kebijakan moneter atau tidak, pelaku pasar tampaknya telah terbiasa dengan konsep tersebut.
Xian mencatat inflasi AS tetap tinggi di level 5,4 persen secara tahunan pada Juli, tetapi imbal hasil obligasi Pemerintah AS bertenor 10-tahun telah menurun. Kondisi itu menunjukkan bahwa pasar pelaku tidak perlu takut.
"Biasanya ada hubungan langsung antara imbal hasil obligasi dan ekspektasi inflasi. Jika inflasi diperkirakan akan lebih tinggi maka imbal hasil obligasi naik untuk mencerminkan kemungkinan tingkat suku bunga yang lebih tinggi. Tapi yang menarik, imbal hasil obligasi turun setelah mencapai puncaknya di April," pungkas Chan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News