Ilustrasi. Foto: MI/Rommy Pujianto
Ilustrasi. Foto: MI/Rommy Pujianto

Program Tax Amnesty Jilid II Jadi Sentimen Positif untuk Rupiah

Husen Miftahudin • 01 Oktober 2021 16:55
Jakarta: Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan respons positif pasar terhadap keseriusan pemerintah yang kembali menggelar program Pengampunan Pajak Jilid II atau tax amnesty membuat rupiah sukses menyalip dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan akhir pekan ini.
 
"Dalam perdagangan akhir pekan ini, rupiah ditutup menguat tipis lima poin," ungkap Ibrahim dikutip dari siaran persnya, Jumat, 1 Oktober 2021.
 
Dengan rencana ini, jelasnya, wajib pajak dapat mengungkapkan harta bersih yang belum atau kurang diungkapkan dalam surat pernyataan kepada negara. Kebijakan ini tertuang dalam Rancangan Undang-Undang (RUU) Harmonisasi Peraturan Perpajakan yang sudah selesai tahap satu.

Lebih lanjut Ibrahim menuturkan bahwa RUU Harmonisasi Peraturan Perpajakan tersebut sudah diparaf oleh berbagai pihak terkait dan telah disepakati DPR untuk dibawa ke sidang paripurna untuk disahkan. Pengampunan pajak tersebut akan berlaku pada 1 Januari 2022.
 
Dalam draft tersebut dijelaskan bahwa wajib pajak dapat mengungkapkan harta bersih yang belum atau kurang diungkapkan dalam surat pernyataan sepanjang Direktur Jenderal Pajak (DJP) belum menemukan data dan/atau informasi mengenai harta dimaksud.
 
Adapun harta yang dapat diungkapkan itu merupakan nilai harga dikurangi nilai utang. Hal itu sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang (UU) Nomor 11 Tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak.
 
"Harta yang dimaksud tepatnya adalah aset yang diperoleh wajib pajak sejak 1 Januari 1985 sampai 31 Desember 2015. Sementara, harta bersih dianggap sebagai tambahan penghasilan dan dikenakan Pajak Penghasilan (PPh) yang bersifat final," paparnya.
 
Dari faktor eksternal, greenback atau dolar AS sebagai mata uang cadangan dunia yang dipandang sebagai tempat berlindung yang aman pada saat tekanan pasar, telah menguat dalam beberapa hari terakhir. Meskipun, perdebatan di Washington mengenai plafon utang AS bisa menyeret dolar AS terjerembab lebih dalam.
 
"Namun investor malah fokus pada kekhawatiran perlambatan global, kenaikan harga energi, dan imbal hasil Treasury AS yang sangat tinggi. Pedagang juga khawatir Federal Reserve akan mulai menarik dukungan kebijakan tepat saat pertumbuhan global melambat," urai Ibrahim.
 
Menurutnya, pedagang mata uang mengawasi dengan cermat petunjuk kapan pemerintah dan bank sentral seluruh dunia akan membalikkan dukungan darurat besar-besaran yang diluncurkan untuk memerangi pandemi tahun lalu.
 
Langkah dan keputusan Presiden Bank Sentral Eropa (ECB) Christine Lagarde, Ketua Fed Jerome Powell, Gubernur Bank of England Andrew Bailey, dan Gubernur Bank of Japan Haruhiko Kuroda di panelis Forum ECB di Sintra, Portugal, menjadi yang paling dinanti.
 
"Imbal hasil Treasury AS telah melonjak dalam beberapa hari terakhir karena penurunan terlihat sebelum akhir tahun. Selain itu, inflasi juga mulai terlihat lebih lengket daripada yang diperkirakan sebelumnya," pungkasnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(DEV)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan