Mata uang rupiah. Foto : MI.
Mata uang rupiah. Foto : MI.

Ini Penyebab Rupiah Ambruk hingga Nyaris Tembus Rp16 Ribu/USD

Husen Miftahudin • 23 Oktober 2023 16:31
Jakarta: Nilai tukar rupiah pada penutupan perdagangan awal pekan ini kembali mengalami pelemahan. Bahkan pelemahan itu membuat mata uang Garuda tersebut nyaris menyentuh level Rp16 ribu per USD.
 
Mengutip data Bloomberg, Senin, 23 Oktober 2023, nilai tukar rupiah terhadap USD ditutup di level Rp15.933 per USD. Mata uang Garuda tersebut turun sebanyak 61 poin atau setara 0,38 persen dari posisi Rp15.889 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
 
"Pada penutupan pasar sore ini, mata uang rupiah ditutup melemah 61 poin walaupun sebelumnya sempat melemah 85 poin di level Rp15.933 per USD dari penutupan sebelumnya di level Rp15.889 per USD," ungkap analis pasar uang Ibrahim Assuaibi dalam analisis harian.
 

Dampak konflik Timur Tengah meluas


Menurut Ibrahim, pelemahan rupiah utamanya disebabkan oleh kekhawatiran penularan dari kondisi perang terbaru di Timur Tengah. Di samping itu, karena adanya keragu-raguan Federal Reserve untuk menaikkan suku bunga AS.

"Serta upaya diplomatik yang semakin intensif dalam upaya untuk menahan konflik antara Israel dan kelompok Islam Palestina Hamas," papar dia.
 
Adapun konvoi bantuan mulai berdatangan di Jalur Gaza dari Mesir pada akhir pekan, ketika para pemimpin Arab dan menteri luar negeri berkumpul untuk pertemuan puncak di Kairo. Sayangnya pertemuan tersebut tidak dapat menghasilkan pernyataan bersama.
 
Presiden AS Joe Biden, yang mengunjungi Israel pekan lalu, melakukan panggilan telepon dengan para pemimpin Kanada, Prancis, Inggris, Jerman, dan Italia, setelah berbicara dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Paus Francis.
 
"Para pemimpin Prancis dan Belanda akan mengunjungi Israel minggu ini untuk mencari solusi atas konflik yang terjadi pada 7 Oktober setelah serangan Hamas," jelas Ibrahim.
 
Baca juga: Ini Alasan Utama Bank Indonesia Kerek Suku Bunga Acuan Jadi 6,00%
 

Dampak kenaikan suku bunga BI


Di sisi lain, Ibrahim melihat kenaikkan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) memiliki dampak yang signifikan terhadap perekonomian, terutama dalam konteks konsumsi dan inflasi.
 
Dari sisi permintaan, masyarakat akan terpengaruh oleh kenaikan suku bunga mengingat hal ini membuat pinjaman menjadi lebih mahal. Akibatnya, daya beli masyarakat kemungkinan akan menurun.
 
"Setelah suku bunga acuan naik membuat masyarakat cenderung lebih berhati-hati. Khususnya dalam mengambil pinjaman yang pada gilirannya mengurangi pengeluaran mereka untuk berbagai keperluan. Sementara itu, sisi penawaran juga terdampak oleh kenaikan suku bunga," papar dia.
 
Kenaikan ini akan mendorong biaya produksi perusahaan menjadi lebih tinggi, karena mereka harus membayar bunga yang lebih tinggi untuk pinjaman mereka. Sebagai akibatnya, perusahaan dapat mengalami penurunan keuntungan mereka.
 
Secara teoritis kenaikan suku bunga Bank Indonesia memiliki dampak negatif terhadap konsumsi. Konsumsi masyarakat akan mengalami penurunan karena harga barang dan jasa cenderung naik akibat biaya produksi yang lebih tinggi yang salah satu alasannya karena mahalnya cost of fund.
 
Selain dampak pada konsumsi, kenaikan suku bunga BI juga dapat berdampak positif pada inflasi. Hal ini terjadi melalui penurunan permintaan agregat yang dipicu oleh kenaikan suku bunga.
 
Kenaikan suku bunga berpotensi membuat pinjaman lebih mahal. Kondisi tersebut tentunya juga berpotensi mengurangi pengeluaran masyarakat secara keseluruhan.
 
"Sehingga, dapat membantu mengendalikan tekanan inflasi karena permintaan yang lebih rendah dapat mengurangi dorongan harga barang dan jasa," terang Ibrahim.
 
Melihat berbagai perkembangan tersebut, Ibrahim memprediksi rupiah pada perdagangan besok akan bergerak secara fluktuatif meskipun kemungkinan besar akan kembali mengalami pelemahan.
 
"Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp15.910 per USD hingga Rp15.970 per USD," tutup Ibrahim.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(HUS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan