Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi mengatakan pelemahan rupiah karena ekuitas AS jatuh menjelang keputusan kenaikan suku bunga yang diharapkan dari The Fed. Ini imbas investor yang khawatir tentang perlambatan ekonomi dengan tanda-tanda kesengsaraan energi di Eropa.
"The Fed secara luas diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin lagi pada akhir pertemuan kebijakannya pada Rabu," ungkap Ibrahim dikutip dari analisis hariannya, Rabu, 27 Juli 2022.
Dana Moneter Internasional (IMF) telah memperingatkan ekonomi dunia akan segera berada di puncak resesi. Pengetatan moneter, kekurangan energi Eropa atas invasi Rusia ke Ukraina, sektor properti Tiongkok, serta pembatasan covid-19 menjadi hambatan bagi rebound ekonomi global.
"Kepercayaan Konsumen Dewan Konferensi (CB) AS turun menjadi 95,7, level terendah hampir dua tahun pada Juli di tengah kekhawatiran terus-menerus tentang melonjaknya inflasi dan tingkat yang lebih tinggi," sebutnya.
Dari dalam negeri, Ibrahim memandang struktur ekonomi Indonesia cukup kokoh di tengah resesi global yang menerpa berbagai negara. Perekonomian Indonesia diyakini akan tetap sehat dan terus melanjutkan proses pemulihan ke depan, yang didukung kekayaan Sumber Daya Alam (SDA) berlimpah.
Soal struktur ekonomi RI yang kokoh ditopang oleh berbagai badan usaha, baik yang dimiliki oleh negara seperti perusahaan-perusahaan BUMN maupun swasta nasional di berbagai sektor ekonomi. Selain itu, Indonesia juga memiliki kebijakan moneter dan fiskal yang terencana cukup baik serta fiskal yang sangat disiplin. Bahkan, utang pemerintah tidak pernah melewati batas 60 persen PDB.
"Dengan kinerja perekonomian yang konsisten didukung kedisiplinan pemerintah mengelola fiskal, investor asing dan domestik tidak pernah kehilangan keyakinannya untuk membeli surat-surat utang Indonesia," paparnya.
Baca juga: Waduh, Rupiah Melempem ke Rp15.010/USD |
Berdasarkan laporan Dana Moneter Internasional (IMF), Indonesia menjadi salah satu negara yang berhasil tumbuh tinggi di tengah suramnya ekonomi global. Bahkan diperkirakan ekonomi Indonesia akan melesat 5,3 persen pada 2022.
"Meskipun sedikit lebih rendah dari perkiraan awal, namun masih lebih tinggi dari 2021 yang mencapai 3,7 persen," jelas ida.
Tidak hanya itu, tantangan ke depan juga masih berat sehingga sangat mungkin menyebabkan risiko penurunan proyeksi lebih lanjut. Seretnya pasokan gas alam dari Rusia, inflasi yang kian sulit dikendalikan, ketatnya kondisi pasar keuangan, penyebaran covid-19, eskalasi krisis properti di Tiongkok, serta fragmentasi geopolitik membuat upaya pemulihan bakal terhambat.
"Kabar data eksternal menjadi sentimen negatif bagi pasar keuangan walaupun data internal cukup bagus, namun mata uang rupiah masih melemah, walaupun pelemahannya tidak terlalu signifikan," jelas Ibrahim.
Ibrahim memprediksi rupiah pada perdagangan besok akan bergerak secara fluktuatif. Meski memang mata uang Garuda tersebut diprediksi ditutup masih melemah. "Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp15.000 per USD hingga Rp15.040 per USD," tutup dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News