Kepala Departemen Komunikasi BI Onny Widjanarko mengatakan perkembangan tersebut disebabkan pertumbuhan M1 sebesar 17,6 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada Agustus 2020 sebesar 19,3 persen (yoy). Hal ini dipengaruhi oleh melambatnya simpanan giro rupiah.
"Pertumbuhan uang kuasi yang memiliki pangsa terhadap M2 sebesar 73,4 persen dengan nilai sebesar Rp4.946,5 triliun, mengalami perlambatan dari 11,5 persen (yoy) pada Agustus 2020 menjadi 10,6 persen (yoy) pada September 2020," ungkap Onny dalam keterangan tertulis yang dikutip dari laman resmi Bank Indonesia, Rabu, 28 Oktober 2020.
Di sisi lain, dana float (saldo) uang elektronik yang diterbitkan bank menunjukkan peningkatan sebesar 0,5 persen (yoy), setelah mengalami penurunan sejak awal 2020. Saldo uang elektronik yang diterbitkan bank pada September 2020 tercatat sebesar Rp2,4 triliun, dengan pangsa 0,13 persen terhadap M1.
Sementara itu, posisi uang kartal di masyarakat (di luar perbankan dan BI) pada September 2020 tercatat Rp668,8 triliun atau tumbuh 8,9 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 6,2 persen (yoy). Menurut Onny, peningkatan kartal mengindikasikan bahwa mulai meningkatnya konsumsi masyarakat pascaimplementasi Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) di berbagai wilayah.
"Adapun surat berharga selain saham pada September 2020 tercatat kontraksi sebesar 13,9 persen (yoy), tidak sedalam kontraksi bulan sebelumnya sebesar 18,7 persen (yoy). Hal ini terutama disebabkan oleh peningkatan surat berharga yang dimiliki perusahaan keuangan selain bank dalam rupiah," paparnya.
Berdasarkan faktor yang memengaruhi, lanjut Onny, pertumbuhan M2 pada September 2020 didorong oleh peningkatan ekspansi keuangan pemerintah. Peningkatan ekspansi keuangan pemerintah tercermin pada pertumbuhan tagihan bersih kepada pemerintah pusat yang mengalami tren peningkatan, dari 65,1 persen (yoy) pada Agustus 2020 menjadi 76,7 persen (yoy) pada September 2020.
"Peningkatan tersebut disebabkan oleh perlambatan kewajiban kepada pemerintah pusat, terutama berupa simpanan pemerintah pada sistem moneter," urai dia.
Selain itu, aktiva luar negeri bersih tumbuh sebesar 16,7 persen (yoy) pada September 2020, lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan Agustus 2020 sebesar 13,8 persen (yoy). Kondisi ini disebabkan oleh peningkatan tagihan sistem moneter kepada bukan penduduk terutama pada instrumen surat berharga.
"Di sisi lain, penyaluran kredit pada September 2020 tercatat tumbuh negatif 0,4 persen (yoy), berbalik arah dari pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 0,6 persen (yoy). Hal ini terutama dipengaruhi oleh melambatnya penyaluran kredit pada seluruh jenis penggunaannya," tutup Onny.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News