"Tujuannya agar memastikan komposisi portofolio kembali ke tingkat yang sesuai dengan rencana investasi di awal," kata Investment Specialist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia Krizia Maulana, Kamis, 7 September 2023.
Kenaikan suku bunga global yang diperkirakan sudah mendekati puncaknya pada paruh kedua tahun ini dan PDB Indonesia pada kuartal II 2023 sebesar 5,17 persen, menjadi yang terkuat dalam tiga kuartal terakhir, diharapkan dapat mendukung sentimen yang lebih positif di pasar finansial.
Dalam kondisi seperti ini, cara yang tepat untuk menata ulang portofolio investasi harus disesuaikan dengan toleransi risiko, yaitu pemilihan aset berdasarkan kinerja yang diharapkan jangka waktu investasi dan kebutuhan akan likuiditas.
Dengan demikian, isi dan komposisi portofolio masing-masing orang bisa berbeda-beda, mulai dari saham, obligasi, reksa dana, deposito, kas dan setara kas, properti, benda seni, dan lain-lain.
Diversifikasi isi portofolio sangat penting dilakukan untuk meningkatkan imbal hasil secara keseluruhan lewat kinerja yang lebih stabil dari waktu ke waktu.
Kombinasi berbagai jenis aset dengan tingkat korelasi yang rendah akan memberikan kinerja portofolio yang lebih optimal dengan tingkat risiko yang lebih rendah.
Sebab setiap kelas aset memiliki perilaku kinerja yang berbeda di setiap siklus ekonomi, ketika satu area dalam portofolio sedang berkinerja buruk, diharapkan dampaknya lebih terbatas, terbantu oleh aset yang kinerjanya sedang baik.
"Tentu akan lebih ideal jika seluruh kelas aset di dalam portofolio mampu memberikan imbal hasil yang optimal. Namun kita tidak pernah tahu apa yang terjadi di pasar," kata Krizia.
Baca juga: Generasi Milenial dan Gen Z Diminta Bijak Kelola Keuangan |
Lakukan evaluasi rutin
Seiring berjalannya waktu, baik kondisi pasar finansial, pasar modal, maupun tujuan keuangan masing-masing investor bisa berubah.
Oleh karena itu investor disarankan untuk mengevaluasi portofolio investasi secara rutin, berdasarkan waktu yang telah ditentukan. Misalnya setiap enam bulan sekali atau berdasarkan ambang batas ketika bobot portofolio sudah menyimpang dari target yang ditentukan di awal.
Namun, jika terjadi kondisi luar biasa di pasar yang bisa berdampak pada portofolio investasi, maka lakukan evaluasi di luar jadwal atau lebih cepat dari jadwal. Hal ini penting dilakukan agar tujuan keuangan dapat tercapai sesuai jadwal.
"Kemudian, ketika melakukan evaluasi portofolio, lihat kinerja masing-masing jenis aset. Apakah sudah sesuai dengan target/rencana atau tidak. Selain itu, dengan pergerakan harga pasar, lihat apakah komposisi portofolio masih sesuai dengan toleransi risiko kita atau sudah berubah," papar Krizia.
Secara singkat, profil risiko dibagi menjadi tiga, yaitu konservatif, moderat, dan agresif. Investor dengan profil risiko konservatif/ moderat disarankan untuk melakukan penempatan investasi dengan bobot yang lebih dominan pada reksa dana pasar uang atau reksa dana pendapatan tetap, dan sedikit alokasi di reksa dana saham yang berfungsi sebagai booster.
Sedangkan bagi investor dengan profil risiko agresif disarankan untuk melakukan penempatan yang lebih dominan di reksa dana saham dan sedikit alokasi di reksa dana pendapatan tetap dan reksa dana pasar uang sebagai penyeimbang.
Dalam reksa dana saham, manajer investasi membagi pengelolaannya dalam dua strategi, yaitu strategi core dan strategi high conviction.
Pada reksa dana dengan strategi core pemilihan aset dasar dilakukan dengan melakukan analisa makro ekonomi terlebih dahulu, menentukan pilihan sektoral kemudian baru diikuti dengan pilihan saham dengan potensi kinerja terbaik.
Pemilihannya tidak berdeviasi jauh dari indeks acuan. Sedangkan pada strategi high conviction konstruksi portofolionya langsung terfokus pada pemilihan saham dengan potensi kinerja terbaik, sehingga deviasi terhadap indeks acuan cenderung lebih besar.
"Masing-masing strategi memiliki karakteristik yang berbeda," kata Krizia.
Strategi high conviction dengan deviasi terhadap indeks acuan yang lebih lebar cenderung menunjukkan volatilitas lebih tinggi dibandingkan strategi core.
"Strategi high conviction lebih cocok bagi investor dengan profil risiko agresif dan telah memiliki pengetahuan cukup terkait investasi di pasar saham," jelas Krizia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News