Ilustrasi. Foto: Antara/Ari Bowo Sucipto.
Ilustrasi. Foto: Antara/Ari Bowo Sucipto.

Penyaluran Kredit di Indonesia 'Luber', Meski Ada Krisis Perbankan Global

Husen Miftahudin • 03 April 2023 21:55
Jakarta: Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan industri perbankan di Indonesia tak terpengaruh gejolak sistem perbankan global akibat penutupan beberapa bank di Amerika Serikat (AS) dan Eropa. Ini terbukti dari penyaluran kredit perbankan dalam negeri yang tumbuh sebesar 10,64 persen (yoy) per Februari 2023, menjadi Rp6.375,3 triliun.
 
Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar membeberkan penguatan penyaluran kredit utamanya ditopang oleh kredit investasi yang tumbuh 13,01 persen secara tahunan (yoy). Secara bulanan (mtm), nominal kredit perbankan meningkat 1,02 persen (mtm) atau naik sebesar Rp64,44 triliun.
 
"Sementara itu, Dana Pihak Ketiga (DPK) pada Februari 2023 tercatat tumbuh sebesar 8,18 persen (yoy) menjadi Rp7.989 triliun, dengan giro dan deposito sebagai main driver," ungkap Mahendra dalam konferensi pers daring, Senin, 3 April 2023.

Sementara itu, Dana Pihak Ketiga (DPK) per Januari 2023 tumbuh 0,44 persen (mtm) atau naik Rp34,89 triliun. Komposisi DPK didominasi oleh current account and saving account (CASA) atau dana murah yang relatif stabil dan tidak terlalu terpengaruh terhadap pergerakan suku bunga.
 
"Kondisi tersebut mendukung terjaganya kinerja likuiditas perbankan antara lain tercermin dari rasio-rasio likuiditas yang berada di atas threshold," paparnya.
 
Adapun Rasio Alat Likuid/Non Core Deposit (AL/NCD) dan Alat Likuid/DPK (AL/DPK) pada Februari 2023 masing-masing tercatat sebesar 129,58 persen dan 29,09 persen, jauh di atas ambang batas ketentuan masing-masing sebesar 50 persen dan 10 persen.
 
Sedangkan Liquidity Coverage Ratio (LCR) dan Net Stable Funding Ratio (NSFR) per Desember 2022 masing-masing sebesar 244,20 persen dan 140,42 persen, jauh di atas ambang batas ketentuan masing-masing sebesar 100 persen.


Risiko kredit terjaga


Di sisi lain, risiko kredit di Februari 2023 terjaga dengan rasio NPL net perbankan sebesar 0,75 persen dan NPL gross sebesar 2,58 persen.
 
Untuk kredit restrukturisasi covid-19 pada Februari 2023, lanjut Mahendra, terus mencatatkan penurunan menjadi Rp427,7 triliun  dengan jumlah debitur yang terus menurun menjadi 1,93 juta nasabah per Januari 2023.
 
Sementara untuk risiko pasar, Posisi Devisa Neto (PDN) tercatat sebesar 1,47 persen turun dari posisi Januari 2023 sebesar 1,51 persen. Namun, angka ini jauh di bawah threshold 20 persen.
 
"Di sisi permodalan, Capital Adequacy Ratio (CAR) industri perbankan di level yang cukup tinggi dan menguat menjadi sebesar 26,1 persen. Ini naik dari posisi Januari 2023 sebesar 25,88 persen," jelasnya.
 
Baca juga: Wuih! Bulan Ini Pasar Modal Himpun Dana Rp54 Triliun


Stabilitas jasa keuangan masih terjaga


Secara keseluruhan, Mahendra menekankan stabilitas sektor jasa keuangan masih terjaga dengan jasa intermediasi lembaga keuangan yang meningkat serta permodalan dan likuiditas yang masih memadai. "Kondisi tersebut menjadi modalitas penting dalam hadapi dinamika global," sebut dia.
 
Pada Maret 2023, laju pengetatan kebijakan moneter yang cepat mulai menekan stabilitas sektor keuangan global dengan bergejolaknya sistem perbankan global akibat penutupan beberapa bank di AS dan Eropa.
 
Ia pun mengapresiasi otoritas keuangan di AS dan Eropa yang bertindak cepat untuk mencegah dampak rambatan dari penutupan perbankan.
 
"Untuk kinerja pertumbuhan ekonomi global di 2023 secara umum masih resilien sebagaimana ditunjukkan oleh pasar tenaga kerja AS yang masih solid dan tekanan inflasi yang mereda, meski masih berada di tingkat tinggi seiring meredanya tekanan pada rantai pasok global," pungkas Mahendra.
 
*Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id*

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(HUS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan