"Pemerintah menerbitkan green sukuk yang tidak hanya berbasis kepada kelestarian lingkungan dan concern mengenai climate change (perubahan iklim), namun juga berbasis pada instrumen syariah," ujar Sri Mulyani dalam seminar virtual Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS), Kamis, 15 Juli 2021.
Adapun green sukuk yang dirilis pemerintah pada Juni 2021 itu diterbitkan dengan tenor 30 tahun. Imbal hasil yang ditawarkan 3,55 persen per tahun dinilai sebagai sebuah tingkat yang kompetitif di tengah kondisi pandemi.
"Penerbitan green sukuk ini tentu merupakan suatu prestasi untuk terus membangun dan mengelola instrumen utang yang berbasis syariah dan berbasis kepada kelestarian lingkungan secara prudent. Tenor 30 tahun juga termasuk tenor terpanjang di dunia untuk instrumen green sukuk," ungkapnya.
Selain itu, lanjutnya, green sukuk ini juga berhasil menarik banyak investor global. Bahkan porsi nilai investasi dari investor global terhadap green sukuk ini mencapai 57 persen dari total nilai penerbitan.
"Penerbitan green sukuk juga menunjukkan sangat besarnya potensi serta kolaborasi sektor publik dan sektor swasta, terutama di dalam membiayai pembangunan dan dalam rangka untuk meng-address isu dan misi global," tutur Sri Mulyani.
Di sisi lain, pemerintah juga menerbitkan instrumen berbasis filantropi, yakni Cash Waqf Linked Sukuk (CWLS). Surat utang syariah atau sukuk wakaf ini adalah sebuah instrumen investasi yang sekaligus juga mewadahi elemen filantropi.
Sri Mulyani membeberkan, penerbitan CWLS tersebut dilatarbelakangi oleh munculnya filantropi yang juga mewarnai perkembangan perekonomian global dan di Indonesia. Hal ini sejalan dengan berkembang pesatnya perekonomian domestik dan global.
"Dengan jumlah filantropi yang makin banyak dan dengan peningkatan pengetahuan tentang investasi yang berbasis dan berwawasan lingkungan serta kesadaran kita semua untuk menjaga lingkungan dan menjaga dunia ini dari ancaman perubahan iklim, maka kita melihat permintaan terhadap instrumen-instrumen yang berbasis filantropi maupun yang berbasis kepada lingkungan menjadi sangat relevan dan meningkat," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News