Menurut Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) DKI Jakarta Onny Widjanarko, penerapan pembayaran digital dengan QRIS di gerai UMKM menjadi penting agar lebih eligible atau memenuhi syarat dalam mendapatkan pinjaman dari perbankan maupun lembaga keuangan non perbankan.
"Berdasarkan pengalaman di berbagai negara, pembayaran digital terhadap UMKM dapat meningkatkan eligibilitas UMKM untuk mendapatkan pembiayaan dari bank maupun nonbank," kata Onny, dilansir dari Antara, Selasa, 22 Februari 2022.
Onny menjelaskan, pembayaran digital melalui QRIS dapat mencatat seluruh transaksi penjualan secara akurat sehingga dapat menjadi data pengganti bagi UMKM untuk mendapatkan pembiayaan. Apalagi fasilitas kredit dan pembiayaan kepada UMKM saat ini tidak hanya mempertimbangkan jaminan agunan, tetapi juga berdasarkan transaksi melalui pembayaran digital.
Selain menjadi metode pembayaran yang lebih cepat, mudah, efisien dan aman, pembayaran digital QRIS dapat meminimalkan risiko penularan virus. Bahkan, BI DKI Jakarta mencatat pertumbuhan pedagang (merchant) yang menerapkan sistem pembayaran QRIS mencapai 191 persen sejak 2020.
Di sisi lain, kebijakan pengetatan PPKM guna memutus mata rantai penyebaran varian Omicron membuat geliat bisnis sedikit terganggu karena banyak orang kembali melakukan aktivitas dan pekerjaan dari rumah. Meski demikian, optimalisasi digital bisa menjadi diversifikasi untuk menopang perekonomian.
Direktur Enciety Business Consult Don Rozano mengatakan dengan mobilitas dibatasi maka penggunaan internet menjadi penting untuk menunjang aktivitas masyarakat di dunia digital. Menurutnya, internet menjadi kebutuhan yang tak terhindarkan untuk menjembatani aktivitas masyarakat agar tetap berjalan.
Semakin tinggi kebutuhan internet bagi keluarga, semakin tinggi pula provider fixed broadband menggencarkan promosi dengan penawaran paket-paket super murah yang kerap kali menggoda pelanggan untuk berlangganan dengan beragam pilihan provider terbaik.
Di sisi lain, pelanggan harus cerdas dalam memilih provider. Jangan sampai terkecoh oleh iming-iming promo murah, tapi layanannya tidak seperti yang diharapkan. Itu sebabnya, dibutuhkan pengetahuan yang baik agar tidak kecewa di kemudian hari.
"Sudah saatnya pelanggan lebih peka dan peduli atas pilihan paket internet yang sesuai dengan pilihannya. Jangan sampai, pengalaman menggunakan internet tidak sesuai dengan penawaran yang dijanjikan oleh provider," ujar Don Rozano.
Don melanjutkan, sangat tidak adil bagi pelanggan bila mereka tidak mendapatkan layanan seperti paket yang dibeli atau dijanjikan. Tapi, ini juga akan menjadi tantangan bagi provider fixed broadband. Bagaimana provider mampu memenuhi kebutuhan emosional pelanggan yang sering kali tidak terucap.
Enciety Business Consult melakukan riset pendalaman terkait Quality of Service (QoS) provider fixed broadband melalui Direct Observation di delapan kota di Indonesia, yakni Medan, Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Denpasar, Balikpapan, dan Makassar.
Riset ini bertujuan untuk melakukan validasi dengan membandingkan realisasi performa download speed yang dirasakan pelanggan dengan kecepatan download yang dijanjikan provider. Direct observation dilakukan pada sembilan provider, yakni IndiHome, Biznet, CBN, First Media, Iconnet, MNC Play, MyRepublic, Oxygen, dan XL Home.
Dari pengamatan di delapan kota tersebut, ditemukan lima provider dengan rata-rata throughput performance paling baik yakni IndiHome (102 persen), diikuti MyRepublic (96 persen), CBN (84 persen), Oxygen (82 persen), dan Firstmedia (80 persen). Biznet menempati urutan terakhir dari dalam rata-rata throughput performance yakni 33 persen.
Don kembali mengingatkan, penting bagi pelanggan untuk memiliki wawasan dalam memilih provider internet. Jangan sampai pelanggan terkecoh oleh penawaran promo harga murah, kecepatan tinggi namun ternyata tidak sesuai yang dijanjikan. "Pastikan pelanggan memilih provider yang tepat, bukan provider yang over promise, under deliver," pungkas Don.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News