Mengutip data Bloomberg, Kamis, 21 September 2022, nilai tukar rupiah terhadap USD berada di level Rp15.026 per USD. Mata uang Garuda tersebut melemah 29 poin atau setara 0,19 persen dari posisi Rp14.997 per USD pada penutupan perdagangan sebelumnya.
Adapun rentang gerak rupiah berada di kisaran Rp15.014 per USD hingga Rp15.030 per USD. Sementara year to date (ytd) return terpantau sebesar 5,35 persen.
Data Yahoo Finance juga menunjukkan rupiah berada pada tren penurunan. Rupiah bertengger di posisi Rp15.030 per USD, melemah 24 poin atau 0,16 persen dari Rp15.006 per USD.
Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi memprediksi rupiah pada perdagangan hari ini akan bergerak secara fluktuatif. Namun mata uang Garuda pada penutupan perdagangan hari ini diperkirakan masih melemah.
"Untuk perdagangan hari ini, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp14.980 per USD hingga Rp15.040 per USD," jelasnya.
Hal ini didorong oleh meningkatnya ketegangan Rusia-Ukraina di samping para pelaku pasar yang tengah menunggu kenaikan suku bunga Federal Reserve. Presiden Rusia Vladimir Putin menaikkan suhu geopolitik, membuat ancaman terselubung untuk menggunakan persenjataan nuklir negara itu untuk mempertahankan penaklukannya di Ukraina.
"Dolar juga diuntungkan dari ekspektasi yang dipegang secara luas Federal Reserve AS akan mengumumkan kenaikan suku bunga setidaknya 75 basis poin karena upaya untuk memerangi inflasi yang sangat tinggi," paparnya.
Baca juga: Dolar AS Unjuk Gigi saat The Fed Naikkan Suku Bunga Besar |
Dari dalam negeri, Asian Development Bank (ADB) atau Bank Pembangunan Asia menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini menjadi 5,4 persen dari perkiraan sebelumnya pada Juli 2022 sebesar 5,2 persen.
"Keputusan ADB untuk menaikkan proyeksi terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia ini dilakukan seiring momentum yang kuat di sisa 2022," kata Ibrahim.
Terlebih lagi, kondisi perekonomian Indonesia sudah cukup solid di sepanjang semester I-2022 dengan pertumbuhan sebesar 5,23 persen. Ada beberapa aspek yang dipercaya masih akan menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi di sisa tahun ini adalah konsumsi masyarakat, investasi, ekspor, hingga kunjungan wisatawan.
Selain itu, Bank Indonesia (BI) juga akan mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG). Ada kemungkinan, BI akan menaikkan suku bunga acuan pada bulan ini.
"Sebanyak 12 lembaga/institusi memperkirakan bank sentral akan mengerek BI7DRR sebesar 25 basis points (bps) menjadi 4,00 persen, sementara dua lembaga/institusi memproyeksi kenaikan BI7DRR sebesar 50 bps menjadi 4,25 persen," pungkas Ibrahim.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News