Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi mengatakan, pelemahan rupiah utamanya disebabkan oleh penguatan dolar AS terhadap mata uang lainnya. Hal tersebut terjadi karena data inflasi AS yang tinggi, sehingga mendorong ekspektasi pengetatan moneter lebih lanjut dari Federal Reserve AS yang lebih cepat dan arus safe-haven di tengah meningkatnya kekhawatiran akan resesi.
"Pasar memperkirakan kenaikan suku bunga Fed satu persentase poin bersejarah akhir bulan ini. Presiden Fed Bank of Atlanta Raphael Bostic mengatakan langkah tersebut untuk memerangi tekanan harga," ungkap Ibrahim dikutip dari analisis hariannya, Kamis, 14 Juli 2022.
Sementara Presiden Fed Bank of Cleveland Loretta Mester mengatakan, laporan Indeks Harga Konsumen (CPI) AS secara seragam buruk, sehingga membuat bank sentral harus melampaui tingkat suku bunga netral.
Adapun indeks CPI AS naik menjadi 9,1 persen (yoy) pada Juni 2022, menjadi inflasi yang tertinggi selama empat dekade terakhir. Investing.com memperkirakan pembacaan 8,8 persen sementara 8,6 persen tercatat di Mei. Investor berspekulasi apakah pembacaan 9,1 persen menandai puncaknya.
Di sisi lain, bank sentral global lainnya juga melakukan pengetatan moneter untuk menurunkan harga komoditas yang melonjak. Seorang pejabat bank sentral Tiongkok mengatakan likuiditas di pasar antarbank lebih dari 'cukup' dan menandakan penurunan suku bunga lebih lanjut menjadi tidak mungkin.
Baca juga: Yah! Rupiah Balik Lagi ke Rp15 Ribu/USD |
Dari dalam negeri, Ibrahim melihat Indonesia masih diuntungkan dan masih jauh dari resesi ekonomi. Salah satu penopangnya adalah data fundamental ekonomi yang masih kuat, apalagi komoditas unggulan ekspor terus mengalami peningkatan dan membuat penerimaan negara meningkat drastis.
"Walaupun beban subsidi sangat berat untuk menahan kenaikan harga BBM, namun dengan bauran strategi ekonomi, pemerintah dan Bank Indonesia terus bisa mengendalikan lonjakan harga dan terus melakukan intervensi di pasar valas dan pasar obligasi melalui perdagangan DNDF," paparnya.
Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi memprediksi rupiah pada perdagangan besok akan bergerak secara fluktuatif. Meski memang mata uang Garuda tersebut diprediksi ditutup melemah.
"Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp15.010 per USD sampai Rp15.060 per USD," pungkas Ibrahim.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News