Ilustrasi. FOTO: MI/RAMDANI
Ilustrasi. FOTO: MI/RAMDANI

Dolar 'Ngamuk'! Rupiah Pagi Jebol ke Rp15.535/USD

Angga Bratadharma • 20 Oktober 2022 09:33
Jakarta: Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada perdagangan Kamis pagi terpantau melemah ketimbang penutupan perdagangan di hari sebelumnya di level Rp15.498 per USD. Mata uang Paman Sam kian bertenaga usai imbal hasil obligasi Pemerintah AS melonjak dan memberi tekanan terhadap mata uang Garuda.
 
Mengutip Bloomberg, Kamis, 20 Oktober 2022, nilai tukar rupiah pada perdagangan pagi ambruk ke level Rp15.535 per USD. Pagi ini nilai tukar rupiah bergerak di kisaran Rp15.531 hingga Rp15.587 per USD. Sedangkan menurut Yahoo Finance, nilai tukar rupiah berada di posisi Rp15.529 per USD.
 
Sedangkan dolar AS melambung dari posisi terendah dua minggu pada akhir perdagangan Rabu waktu setempat (Kamis pagi WIB). Imbal hasil acuan obligasi Pemerintah AS 10-tahun naik ke level tertinggi 14-tahun, dengan sterling melemah setelah inflasi harga konsumen Inggris yang lebih panas dari perkiraan memicu kekhawatiran tentang resesi yang lebih dalam.

Greenback mencapai puncak 32 tahun terhadap yen, mendekati level 150 di mana beberapa pedagang berpikir bank sentral Jepang (BoJ) dan Kementerian Keuangan mungkin melakukan intervensi.
Baca: Ekonomi Dunia Terancam Melemah, Sri Mulyani: Kita Harus Bangkit dan Pulih Bersama!

Imbal hasil obligasi pemerintah melanjutkan perjalanan mereka lebih tinggi karena investor mempertahankan ekspektasi bahwa Federal Reserve akan terus secara agresif menaikkan suku bunga untuk menurunkan inflasi yang melonjak, meningkatkan permintaan untuk mata uang AS.
 
Bank sentral AS diperkirakan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin lagi ketika bertemu pada 1-2 November, dengan tambahan 50 atau 75 basis poin kemungkinan kenaikan juga pada Desember. "Masih terlalu dini untuk mencoba melemahkan dolar," kata Ahli Strategi Valuta Asing Senior TD Securities Mazen Issa.
 
Dolar kemungkinan terus meningkat sampai momentum inflasi inti menjadi moderat dan The Fed beralih ke sikap yang kurang hawkish, dan kemungkinan tidak dalam jangka pendek. Presiden Fed Minneapolis Neel Kashkari mengatakan permintaan pasar kerja tetap kuat dan tekanan inflasi yang mendasari mungkin belum mencapai puncaknya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ABD)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan