Ilustrasi. Foto: dok MI.
Ilustrasi. Foto: dok MI.

Masih Takluk, Rupiah Ditutup Nyaris ke Level Rp15.700/USD

Husen Miftahudin • 09 Oktober 2023 16:41
Jakarta: Nilai tukar rupiah pada penutupan perdagangan hari ini kembali mengalami pelemahan. Bahkan, posisi mata uang Garuda tersebut nyaris ke level Rp15.700 per USD.
 
Mengutip data Bloomberg, Senin, 9 Oktober 2023, nilai tukar rupiah terhadap USD ditutup di level Rp15.692 per USD. Mata uang Garuda tersebut turun sebanyak 79 poin atau setara 0,51 persen dari posisi Rp15.613 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
 
"Pada penutupan pasar sore ini, mata uang rupiah ditutup melemah 79 poin walaupun sebelumnya sempat melemah 95 poin di level Rp15.692 per USD dari penutupan sebelumnya di level Rp15.612 per USD," ungkap analis pasar uang Ibrahim Assuaibi dalam analisis harian.

Sementara itu, data Yahoo Finance juga menunjukkan rupiah berada di zona merah pada posisi Rp15.685 per USD. Rupiah melemah 81 poin atau setara 0,51 persen dari Rp15.604 per USD di penutupan perdagangan hari sebelumnya.
 
Sedangkan berdasar pada data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah berada di level Rp15.675 per USD. Mata uang Garuda tersebut turun sebanyak 47 poin dari perdagangan di hari sebelumnya di level Rp15.628 per USD.
 
Baca juga: Rupiah Masih Kesulitan Lawan Dolar AS, Ini Gegaranya
 

Memanasnya tensi geopolitik global


Di sisi lain, kata Ibrahim, sentimen risiko menjadi rapuh setelah pasukan Israel bentrok dengan orang-orang bersenjata dari kelompok Palestina Hamas pada akhir pekan, beberapa jam setelah militan melancarkan serangan mendadak terhadap Israel.
 
Selain itu, data CPI dapat memperkuat nada hawkish The Fed Greenback mendapat keuntungan pada akhir pekan lalu dengan dirilisnya data payrolls yang lebih kuat dari perkiraan, dengan rilis menunjukkan lapangan kerja AS mengalami peningkatan terbesar dalam delapan bulan terakhir pada September.
 
"Indikasi pasar tenaga kerja yang masih ketat akan membuat fokus lebih besar pada rilis data inflasi konsumen bulan September minggu ini, mengingat angka inflasi yang tinggi dapat memperkuat pesan The Fed bahwa suku bunga harus tetap lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama," terang Ibrahim.
 
Laporan CPI Agustus menunjukkan kenaikan tercepat dalam 14 bulan terakhir seiring melonjaknya harga bensin, meskipun inflasi inti, yang tidak termasuk biaya makanan dan bahan bakar, naik pada laju paling lambat dalam hampir dua tahun.
 
Kemudian, harga minyak melonjak tajam sebagai dampaknya, yang berdampak negatif pada mata uang tunggal mengingat Jerman, ekonomi dominan di zona euro, mempunyai paparan yang tinggi terhadap biaya energi.
 
Selain itu, output industri Jerman menyusut pada Agustus selama empat bulan berturut-turut, turun 0,2 persen dibandingkan bulan sebelumnya, sedikit lebih besar dari perkiraan penurunan 0,1 persen.
 
"Di Asia, Tiongkok kembali dari liburan Golden Week. Cadangan devisa negara tersebut turun lebih besar dari perkiraan pada September," beber Ibrahim.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(HUS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan