Corporate Secretary Astra Agro Lestari, Mario Casimirus Surung Gultom menyebut salah satunya dikarenakan kenaikan levy atau pungutan ekspor sawit.
"Jadi penurunan laba ini, kami sebenarnya melihat bahwa tahun sebelumnya levy itu hanya USD55 per ton," kata Mario dalam konferensi pers virtual, Kamis, 27 Mei 2021.
Ia menyebutkan adanya levy progresif di akhir 2020 membuat harga rata-rata minyak kelapa sawit mentah (CPO) pada CIF Rotterdam berubah sekitar 30-40 persen.
"Dengan adanya levy progresif di akhir 2020 sehingga kalau kemarin dari harga CIF Rotterdam itu akan dipotong kira-kira 30-40 persen untuk levy," ucapnya.
Selain itu, Mario menambahkan penurunan laba juga disebabkan karena perusahaan melakukan lindung nilai pada semester I-2021. Kebijakan yang diambil perusahaan tersebut masuk dalam pos rugi.
Namun meski mencatat penurunan laba, pendapatan AALI pada tiga bulan pertama 2021 justru meningkat 4,98 persen dari Rp4,79 triliun di kuartal I-2020 menjadi Rp5,03 triliun.
Pada keterangan resmi PT Astra International Tbk (ASII) sebelumnya juga telah menjelaskan, penurunan laba bersih pada divisi agribisnis terutama disebabkan penjualan minyak kelapa sawit dan produk turunannya yang lebih rendah.
Laba bersih juga terkikis akibat adanya kenaikan pungutan ekspor dan pajak ekspor kelapa sawit yang signifikan.
Adapun volume penjualan minyak kelapa sawit dan produk turunannya menurun sebesar tujuh persen menjadi 454 ribu ton dan harga minyak kelapa sawit meningkat delapan persen menjadi Rp9.764 per kg.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News