"Ditambah lagi, jumlah investor di pasar modal (saham dan obligasi) pada 2020 juga meningkat sebesar 56 persen dibandingkan 2019," ungkap Consumer Banking Director Bank DBS Indonesia Rudy Tandjung dalam siaran pers yang dikutip Selasa, 16 Maret 2021.
Namun demikian, ungkap Rudy, terdapat perubahan yang cukup signifikan di segmen priority banking, termasuk demografi nasabah yang semakin muda, evolusi digital yang memengaruhi cara transaksi perbankan saat ini, terlebih dengan adanya implikasi dari pandemi.
Lebih lanjut, survei kualitatif yang dilakukan oleh DBS Treasures ini menunjukkan bahwa nasabah masih merasa ragu dalam membuat keputusan investasi. Rendahnya tingkat literasi keuangan menjadi penyebab utamanya.
"Dipengaruhi pergerakan dunia ekonomi yang cepat, rendahnya literasi keuangan, serta terbatasnya waktu mereka untuk mengetahui lebih lanjut membuat nasabah memiliki keraguan dalam mengambil keputusan investasi," paparnya.
Di sisi lain, riset tahunan Bank DBS Indonesia juga menemukan beberapa parameter utama yang dibutuhkan oleh nasabah prioritas, yaitu kebutuhan mendapatkan wawasan finansial yang menyeluruh dan personal, disampaikan secara proaktif, serta adanya solusi digital inovatif untuk melakukan transaksi investasi.
Adapun platform perbankan digital Bank DBS Indonesia, aplikasi digibank by DBS memiliki jumlah nasabah yang melakukan pembelian obligasi secara digital berhasil mengalami peningkatan sebesar sepuluh kali lipat, terhitung sejak akhir 2019 hingga awal 2021.
Sementara itu, jumlah nasabah DBS Treasures yang melakukan transaksi valas melalui aplikasi digibank by DBS juga mengalami pertumbuhan hampir empat kali lipat di periode yang sama.
DBS Treasures sendiri saat ini memiliki hampir 56 ribu nasabah priority banking di 31 cabang di Indonesia yang tersebar di 14 kota, dan menargetkan pertumbuhan nasabah sebesar 12 persen dengan pertumbuhan dana kelolaan sebesar 14 persen di akhir 2021.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News