“Data tenaga kerja AS versi pemerintah AS yang dirilis Jumat, 3 November 2023 malam kemarin umumnya lebih buruk dari ekspektasi pasar," ujar Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra dilansir Antara, Senin, 6 November 2023.
Data Non Farm Payrolls Oktober dirilis 150 ribu lebih rendah dari ekspektasi 180 ribu, dan data tingkat pengangguran 3,9 persen lebih tinggi dari ekspektasi 3,8 persen.
Menurut dia, hasil ini mendorong pelemahan dolar AS terhadap mata uang utama dunia dan menguatkan kemungkinan Federal Reserve (The Fed) akan mengakhiri periode bunga tinggi lebih cepat.
Baca juga: Mantap! Pagi Ini Rupiah Meroket 155 Poin Jadi Rp15.572/USD |
Selain sejumlah data ekonomi AS yang di bawah perkiraan, hasil rapat kebijakan moneter AS yang terakhir kemarin juga kurang hawkish.
Karena itu, pelaku pasar bertambah yakin masuk ke aset berisiko sehingga dapat mendorong penguatan rupiah.
“(Angka-angka data ekonomi AS yang meleset dari perkiraan) mungkin dari kebijakan moneter The Fed sendiri yang menerapkan suku bunga tinggi ke perekonomian AS, sehingga biaya bisnis meninggi yang menyebabkan demand bisa berkurang dan perusahaan menahan ekspansi,” jelas dia.
Melihat sentimen dari dalam negeri, pasar menunggu data Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal III-2023. Data yang di atas 5 persen bisa memberikan persepsi positif untuk rupiah.
“Hari ini potensi penguatan bisa ke area Rp15.680-Rp15.650, dengan potensi resisten di kisaran Rp15.800,” ungkap Ariston.
Seperti diketahui, nilai tukar (kurs) rupiah dibuka menguat sebesar 0,87 persen atau 138 poin menjadi Rp15.590 per USD dari sebelumnya Rp15.728 per USD.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News