Ilustrasi. Foto: Medcom.id
Ilustrasi. Foto: Medcom.id

Terus-terusan Ambrol, Analis: Rupiah Masih Terdampak Kebijakan The Fed

Husen Miftahudin • 04 November 2022 17:53
Jakarta: Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus mengalami pelemahan. Mengutip Bloomberg, nilai tukar rupiah pada penutupan perdagangan Jumat, 4 November 2022, berada di level Rp15.738 per USD, turun 43 poin atau setara 0,27 persen dari posisi Rp15.695 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
 
Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi mengatakan pelemahan rupiah utamanya disebabkan oleh kebijakan Federal Reserve yang menaikkan suku bunga, seperti yang diharapkan. Bank sentral memperkirakan suku bunga AS akan mencapai puncaknya pada tingkat yang lebih tinggi dari perkiraan semula, sementara Bank of England menaikkan suku tetapi memperingatkan 'prospek yang menantang'.
 
Sementara itu Bank of England (BoE) mengangkat suku bunga menjadi 3,0 persen dari 2,25 persen dalam kenaikan tunggal terbesar sejak 1989. Ini dilakukan untuk memerangi kekuatan kembar dari ekonomi yang melambat dan inflasi yang panas.

"Bank sentral memperkirakan inflasi akan mencapai level tertinggi selama 40 tahun terakhir sebesar 11 persen selama kuartal saat ini, tetapi mendorong kembali terhadap ekspektasi untuk kenaikan suku bunga lebih lanjut. Bank mengatakan Inggris telah memasuki resesi yang berpotensi berlangsung dua tahun, lebih lama daripada selama krisis keuangan 2008-2009," jelas Ibrahim dalam analisis hariannya.
 
Di sisi lain, Tiongkok menepis desas-desus rencana pengurangan kebijakannya pada pembatasan covid-19 tahun depan. Kebijakan nol covid adalah jantung dari kesengsaraan ekonomi Tiongkok tahun ini, dan telah menghentikan pertumbuhan ekonomi tahun ini.
 
"Desas-desus tentang kemungkinan pembalikannya mendorong reli singkat di pasar Tiongkok pada minggu ini," sebutnya.
 
Baca juga: OJK: Kebijakan Hilirisasi Industri Guna Stabilkan Sistem Keuangan

 
Menurut Ibrahim, fokus sekarang pada data nonfarm payrolls AS untuk Oktober, yang akan dirilis hari ini. Sementara angka tersebut diperkirakan menunjukkan pertumbuhan di pasar tenaga kerja sedikit mereda dari bulan sebelumnya, tanda-tanda ketahanan di ruang angkasa kemungkinan akan memberi ruang kepala ekonomi yang cukup bagi The Fed untuk terus menaikkan suku bunga.
 
Dari dalam negeri, pasar dinilai terus memantau perkembangan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) kuartal III-2022 yang diperkirakan tetap sehat, dan neraca transaksi kuartal III-2022 diperkirakan kembali mencatatkan surplus. Hal ini ditopang oleh kinerja positif dari neraca perdagangan yang membukukan surplus USD14,9 miliar.
 
Kontribusi neraca perdagangan yang positif dapat meredam tekanan arus modal keluar non-residen pada investasi portofolio yang mencapai USD2,1 miliar akibat dari kenaikan suku bunga di Amerika Serikat (AS) yang sangat agresif dan ketidakpastian pasar keuangan global akibat krisis energi dan pangan disemenanjung Eropa.
 
"Lebih lanjut, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) bersama Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS) terus berkomitmen menjaga stabilitas sistem keuangan dengan memperkuat koordinasi dan terus mewaspadai perkembangan dari risiko global termasuk di dalam menyiapkan respons kebijakan," urai Ibrahim.
 
Ibrahim memprediksi, rupiah pada perdagangan Senin besok akan bergerak secara fluktuatif dan rupiah diprediksi masih melemah. "Untuk perdagangan Senin besok, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp15.710 per USD hingga Rp15.780 per USD," tutup Ibrahim.
 
*Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id*
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(HUS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan