Mengutip data Bloomberg, Senin, 22 Juli 2024, rupiah hingga pukul 09.47 WIB berada di level Rp16.231 per USD. Mata uang Garuda tersebut turun 40 poin atau setara 0,25 persen dari Rp16.191 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Sementara menukil data Yahoo Finance, rupiah pada waktu yang sama berada di level Rp16.219 per USD, melemah 34 poin atau setara 0,21 persen dari Rp16.185 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi memprediksi rupiah pada hari ini akan bergerak secara fluktuatif, meski demikian rupiah diprediksi akan kembali melemah.
"Untuk perdagangan Senin ini, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp16.180 per USD hingga Rp16.240 per USD," ujar Ibrahim dalam analisis hariannya.
Baca juga: Top! Neraca Perdagangan Indonesia Surplus hingga 50 Bulan Berturut-turut |
Pemerintah manfaatkan peluang ekspor
Ibrahim mengatakan, pemerintah optimistis mampu memanfaatkan peluang ekspor dan mempertahankan tren surplus perdagangan melalui berbagai strategi di tengah melemahnya kinerja dagang Indonesia.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, kinerja perdagangan pada semester I-2024 mencatatkan surplus USD15,45 miliar atau lebih rendah USD4,46 miliar dibanding periode yang sama tahun lalu.
Pada enam bulan pertama tahun ini tidak mencapai 50 persen dari total target sepanjang 2024 di batas bawah sebesar USD31,6 miliar, sedangkan batas atas sebesar USD53,4 miliar.
"Itu artinya, Indonesia harus kerja keras untuk mengejar target surplus neraca dagang sebesar USD31,6 miliar sampai USD53,4 miliar pada semester II-2024," jelas Ibrahim.
Oleh karena itu, pemerintah telah menyiapkan sejumlah strategi untuk mendorong peningkatan kinerja dagang pada semester II-2024. Salah satunya memperkuat transformasi struktur ekspor ke arah peningkatan ekspor produk manufaktur, memperluas pasar ekspor ke ASEAN, Asia Selatan, Timur Tengah, Afrika, dan Amerika Latin.
Selain itu, pemerintah juga berkomitmen untuk menyelesaikan perjanjian perdagangan Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) dan Free Trade Agreement (FTA) yang belum tuntas. Lalu, meningkatkan ekspor dengan fokus utama pada penurunan tarif, memberikan perhatian khusus pada negara-negara yang berfungsi sebagai hub-regional, memperkuat peran perwakilan perdagangan luar negeri, dan digitalisasi perdagangan.
"Pemerintah juga akan berfokus pada pengembangan sektor perdagangan jasa yang memiliki potensi besar. Pencapaian target ekspor nasional tentunya menekankan pentingnya upaya dan kerja sama dari semua pihak," tutur Ibrahim.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News