Ilustrasi. FOTO: dok MI
Ilustrasi. FOTO: dok MI

IHSG Pagi Longsor, 267 Saham Langsung Boncos!

Angga Bratadharma • 16 Maret 2023 09:46
Jakarta: Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Kamis terpantau terlempar ke area merah sejalan dengan bursa saham global. Kejatuhan sejumlah bank di Amerika Serikat (AS) memberikan efek buruk terhadap gerak pasar modal yang artinya para investor harus berhati-hati guna meminimalisir kerugian.
 
IHSG Kamis, 16 Maret 2023, perdagangan pagi terpantau melemah ke level 6.583. Level tertinggi di 6.630 dan terendah di 6.576. Volume perdagangan pagi ini tercatat sebanyak 859 miliar senilai Rp655 miliar. Sebanyak 84 saham menguat, sebanyak 267 saham melemah, dan sebanyak 169 saham stagnan.
 
Sementara itu, Wall Street beragam pada akhir perdagangan Rabu waktu setempat (Kamis pagi WIB). Indeks Dow dan S&P 500 ditutup lebih rendah, karena masalah di Credit Suisse menghidupkan kembali kekhawatiran krisis perbankan, melampaui taruhan pada kenaikan suku bunga AS yang lebih kecil bulan ini.

Indeks Dow Jones Industrial Average tergelincir 280,83 poin atau 0,87 persen menjadi 31.874,57. Indeks S&P 500 merosot 27,36 poin atau 0,7 persen menjadi 3.891,93. Indeks Komposit Nasdaq meningkat 5,90 poin atau 0,05 persen menjadi 11.434,05.
Baca: Ingat! Anak Muda Harus Bisa Bikin Indonesia Jadi Negara Maju

Sebagian besar dari 11 sektor utama S&P 500 berada di zona merah, dengan sektor energi berkinerja terburuk dengan penurunan 5,42 persen. Indeks acuan mendapatkan kembali kekuatan pada akhir perdagangan setelah Bloomberg melaporkan Pemerintah Swiss sedang mengadakan pembicaraan tentang opsi untuk menstabilkan raksasa perbankan negara itu.
 
"Kami melihat pergerakan pada berita utama tetapi bukan berita utama yang parah yang bagus. Saya tidak berpikir kita berada pada tahap 2008-2009 dengan cara apapun dalam hal penularan," kata Co-Manager Perdagangan Themis Trading Joe Saluzzi.

Masalah Credit Suisse menambah tekanan

Namun, masalah Credit Suisse menambah tekanan pada sektor perbankan setelah otoritas AS membebaskan investor dengan tindakan darurat untuk mencegah penularan setelah runtuhnya SVB Financial and Signature Bank. Beberapa investor percaya kenaikan suku bunga AS yang agresif oleh Federal Reserve menyebabkan keretakan dalam sistem keuangan.
 
"Mereka telah memperketat pada tingkat yang paling curam dan paling dramatis yang telah kita lihat sejak 1980, jadi saya pikir ini bisa menjadi kesempatan bagi mereka untuk berhenti," pungkas CIO Cresset Capital Jack Ablin.
 
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ABD)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan