Hal itu merujuk dari data Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan yang menunjukkan pergerakan orang pada Nataru tahun ini hanya sebesar 16,35 persen dari total penduduk Indonesia. Angka itu masih jauh di bawah dari catatan mobilitas masyarakat di 2019 yang mencapai 55 persen.
"Jadi pengaruh hari besar seperti Nataru cukup signifikan terhadap rata-rata perputaran uang, meskipun belum setinggi sebelum pandemi covid-19," ujar Analis Utama Ekonomi Politik dari Laboraturium Indonesia 2045 (LAB45) Reyhan Noor saat dihubungi, dikutip Selasa, 19 Desember 2022.
Menurunnya keyakinan konsumen terhadap ekspektasi penghasilan dan ketersediaan lapangan kerja dalam enam bulan mendatang diperkirakan menjadi salah satu sebab rendahnya mobilitas masyarakat pada Nataru tahun ini.
Baca juga: Presiden: Siapkan Strategi Matang Hadapi Nataru |
Hasil survei konsumen dari Bank Indonesia mencatat terjadi penurunan indeks yang lebih rendah dari kedua indikator tersebut dibandingkan data survei pada bulan November satu tahun yang lalu.
"Oleh karena itu, beberapa konsumen bisa jadi lebih memilih untuk menyimpan uang atau bonus yang dimiliki pada akhir tahun ini sebagai dana simpanan ke depan," kata Reyhan.
Kendati masih relatif rendah, peniadaan kebijakan restriksi mobilitas dari pemerintah dinilai akan berkontribusi pada peningkatan konsumsi secara agregat. Konsumsi tersebut utamanya akan datang dari masyarakat dengan pendapatan di atas Rp5 juta dan orang muda, terutama mereka yang berusia 20-30 tahun.
"Lonjakan perputaran uang ini tentunya menjadi sentimen positif tidak hanya bagi konsumen, melainkan bagi dunia usaha menuju pemulihan pascapandemi covid-19," pungkas Reyhan.
*Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id*
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News