Jakarta: Ekonom Bank Mandiri meminta Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan pada semester II-2022 karena tekanan inflasi yang meningkat di tengah permintaan yang lebih kuat.
Dari sisi eksternal, The Fed telah menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 bps menjadi 1,00 persen, dan mengisyaratkan akan memulai proses pengurangan ukuran neraca secara signifikan.
Dari sisi eksternal, The Fed telah menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 bps menjadi 1,00 persen, dan mengisyaratkan akan memulai proses pengurangan ukuran neraca secara signifikan.
Beberapa bank sentral lainnya, terutama di negara maju, juga mengikuti. Normalisasi moneter global terjadi di tengah upaya memerangi kenaikan inflasi akibat gangguan rantai pasokan yang diperburuk oleh perang Rusia-Ukraina. Harga pangan, energi, dan bahan bakar global sejak 22 Februari telah meningkat secara signifikan.
"Namun, kami tetap percaya bahwa BI tidak akan berada di arus untuk meningkatkan BI 7DRRR. Perang telah membuat harga komoditas dunia melonjak tinggi sehingga mendorong kinerja ekspor Indonesia, sehingga memperpanjang rangkaian surplus perdagangan," kata Ekonom Makro Bank Mandiri Faisal Rachman, Rabu, 25 Mei 2022.
Ini akan mendukung kondisi neraca transaksi berjalan yang menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah di tengah sentimen flight to quality atau risk-off. BI melaporkan bahwa neraca transaksi berjalan mencatat 0,07 persen surplus PDB pada kuartal I-2022.
"Kami memperkirakan neraca transaksi berjalan pada 2022 mencatat surplus kecil 0,03 persen PDB (vs 0,28 persen PDB pada 2021)," terang Faisal.
Dari sisi domestik, pemerintah memutuskan untuk menambah subsidi energi di tengah meningkatnya risiko inflasi. Hal ini menegaskan bahwa harga BBM bersubsidi, elpiji, dan listrik tidak akan naik pada 2022.
Keputusan untuk tidak menaikkan harga-harga yang diatur pemerintah tersebut seharusnya dapat menurunkan risiko inflasi. Oleh karena itu, tingkat inflasi 2022 berpotensi lebih rendah dari perkiraan Bank Mandiri yang sebesar 4,60 persen.
"Kami percaya bahwa kedua kondisi tersebut dapat memberikan ruang yang cukup bagi BI 7DRRR untuk bertahan di 3,50 persen untuk beberapa waktu," tambahnya.
Untuk menjaga stabilitas, BI berkomitmen untuk melakukan normalisasi kebijakan moneter secara bertahap melalui peningkatan rasio cadangan devisa (RRR) dan pengurangan quantitative easing sebelum BI 7DRRR dinaikkan.
Secara keseluruhan, mereka melihat BI akan menaikkan BI 7DRRR secara total 75 bps menjadi 4,25 persen pada 2022 (3,50 persen pada 2021).
"Sementara itu, kami meyakini bahwa BI akan melanjutkan langkah-langkah makroprudensial agar tetap akomodatif di 2022 guna mendukung pertumbuhan ekonomi," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id